Minggu, 30 Juni 2013

Tempat Teraman ( Tinggal Dalam Kehendak TUHAN )

“Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: “Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai.” Mazmur 91:1-2
Tidak peduli dimanapun kita berada, bagaimananpun keadaan kita, siapapun diri kita, atau apa yang sedang menentang hidup kita, Tuhan akan menjaga kehidupan kita jika kita hidup di dalam kehendakNya.
*courtesy of PelitaHidup.com
TInggal di dalam kehendak Tuhan merupakan hal yang paling menyenangkan dan kita dapat mengalami hal-hal yang menyenangkan juga.
Nama TUHAN adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat.” Amsal 18:10
Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: “Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai.”” Mazmur 91:1-2

Jangan keluar dari lingkaran kehendak Tuhan dan perlindunganNya, atau Dia akan mengijinkan iblis untuk mencobai kita (red: baca kisah Ayub). Ada saatnya kita menderita akibat kesalahan kita sendiri, kecerobohan, malas berdoa, terburu-buru melangkah, dan ketidaktaatan kepada Allah.
Tuhan memegang teguh aturan dan hukum-hukum yang telah Dia tetapkan. Dan Dia tidak dapat melindungi kita jika kita melanggar peraturanNya. Ketika kita keluar dari kehendakNya, Dia bahkan mengijinkan kita untuk dicobai oleh iblis.
*courtesy of PelitaHidup.com
(Doa:) Tolong kami agar tetap dekat denganMu ya Tuhan dan tinggal dalam kehendakMu. Agar kami tidak takut dan tetap yakin bahwa kami ada dalam perlindungan, pemeliharaan dan berkat-berkatMu. Biarlah kami tetap taat dan melakukan kehendakMu ya Bapa. Amin.

Senin, 24 Juni 2013

Persiapan

Lukas 14:28-35

raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan,- Lukas 14:31



Keberhasilan atau kegagalan seseorang di meja kerja sebenarnya bisa diprediksi dengan melihat sejauh mana persiapan atau perencanaan yang dilakukan. Jika tak ada persiapan yang bagus dan rencana yang matang, maka bisa dipastikan bahwa langkah berikutnya akan menjadi sulit untuk dijalani dan akhirnya akan macet di tengah jalan, gagal mencapai tujuan yang diinginkan!
Tanpa persiapan dan perencanaan yang matang adalah sama seperti seorang climber yang tak mempersiapkan dengan baik pendakian gunung yang akan dilakukannya. Tak mempelajari dulu keadaan geografis gunung yang akan didaki, sehingga tak tahu bagaimana cuacanya, berapa derajat suhu kedinginannya, dan berapa tinggi tanjakannya. Lebih parah lagi, jika ia tak mempersiapkan bekal yang cukup dan alat-alat pendakian yang komplit serta memadai. Dijamin, pendaki yang gagal dalam persiapan ini sedang mempersiapkan kegagalan dalam pendakiannya.
Mount Everest telah memakan korban begitu banyak. Para pendaki yang mencoba menaklukkannya tapi tak punya cukup persiapan akan mati di sana. Pendaki pertama yang berhasil menaklukan Mount Everest adalah Tenzing Norgay pada tahun 1953. Tahukah Anda kunci kesuksesan Norgay? Persiapan yang matang! Ia mempersiapkan selama 18 tahun! Selama kurun waktu itu ia terus mempelajari seluk beluk Mount Everest dengan begitu detail, sambil latihan mendaki di gunung tertinggi di dunia itu step by step. Keberhasilan dalam perencanaan inilah yang akhirnya membuat ia mampu menaklukkan Mount Everest.
Persiapan dan perencanaan tak bisa dipandang sebelah mata. Di saat Anda sukses dalam melakukan persiapan dan perencanaan, sebenarnya Anda sudah memenangkan separuh pertandingan. Sisanya tergantung bagaimana Anda melakukan segala sesuatu yang sudah dipersiapkan itu dengan baik.
Kegagalan untuk mempersiapkan adalah mempersiapkan kegagalan.

Tersergap Sepi

Sebab Engkau besertaku ... Mazmur 23:4
Anda tahu bagaimana rasanya kalau Anda duduk disebuah kafetaria dan tidak ada orang yang duduk di samping Anda. Rumah Anda menjadi begitu sunyi, tak ada tawa atau tangis anak kecil yang memecah keheningan. Begitu menakutkan ketika belum mendapatkan pendamping. Begitu menakutkan bagi pasangan renta yang ditinggal anak cucu karena mereka berada di tempat jauh. Begitu menakutkan bagi mereka yang ditinggalkan orang-orang terdekat. Kesepian yang datang menyergap.
Keramaian dan kebisingan tak akan pernah bisa mengusir kesepian. Film atau tontonan yang menarik tetap saja menyisakan kehampaan. Menjelajah tempat-tempat indah juga tak akan mengurangi rasa sepi. Tidak ada penawar kesempian selain kehadiran Kristus dalam jiwa kita. Mungkin terlihat klise bagi kita yang
mendengarnya, tapi bukankah benar bahwa di dalam hati kita ada satu ruang kosong dan ruang itu akan terisi kalau Kristus hadir dalam hati kita?
Tanyakan saja kepada kawanan domba. Melihat gembala ada di dekatnya, mereka semua merasa aman sekaligus nyaman. Mereka tidak ditinggalkan sendiri. Ada
gembala bersamanya.
Rasa sepi akan pergi dengan sendirinya, di saat kita memberi ruang hati untuk Gembala yang baik. Bersama Tuhan hidup tak lagi hampa. Hidup akan menjadi lebih
hidup, demikian sebuah iklan berkata. Tapi bagaimana mungkin rasa sepi akan pergi seandainya rambut kita telah beruban dan merasa jauh dari anak cucu?
Gembala kita berjanji, "Sampai masa tuamu, Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu."

Entrepreneur Sejati

Tanggap, memiliki kepekaan, waspada dan hati-hati.
Kita harus pintar-pintar membaca situasi. Tingkatkan kewaspadaan yang sehat dan jangan mengambil keputusan penting dengan gegabah atau sembrono. Ketika perubahan terjadi, kita harus tanggap dan meresponi dengan tepat.
Ulet, memiliki ketekunan yang teruji.
Banyak orang lupa bahwa keuletan dan ketekunanlah yang akan menentukan apakah kita bisa meraih kesuksesan. Sikap ulet berarti tidak mudah mudah dipatahkan, seperti bola karet yang tidak akan pernah bisa ditenggelamkan, melainkan selalu muncul ke atas lagi.
Value, memiliki nilai-nilai dalam hidup dan karakter yang kuat.
Bekerja tidak hanya soal untung rugi belaka, masih ada nilai-nilai hidup seperti kejujuran, ketulusan, moralitas dan kebaikan yang perlu dikedepankan. Kesuksesan sejati tidak akan pernah dibangun dengan kecurangan, kelicikan atau cara-cara yang kotor.
Wawasan, memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Kita dihadapkan dengan dua pilihan, bertumbuh atau mati. Mereka yang tidak mau bertumbuh dalam arti mau menggali potensi diri, meningkatkan skill, pengetahuan, dan wawasan yang luas akan mati dengan sendirinya. Jadilah entrepreneur yang open minded!
X’tra, kemauan untuk memberi nilai tambah.
Prinsipnya sederhana, semakin kita bekerja lebih keras, lebih ulet, lebih kreatif, lebih inovatif dan lebih cerdas, semakin besar juga kesuksesan yang kita dapatkan.
You Can!, percaya bahwa tidak ada yang mustahil bagi orang percaya.
Jangan mau dibatasi dengan apapun juga, termasuk oleh kemustahilan sekalipun, sebab di dalam Tuhan kita diberi kuasa untuk mengalami kehidupan yang penuh mujijat. Ingatlah Anda pasti bisa!
Zero, menyadari bahwa kita tidak bisa berbuat apa-apa di luar Tuhan.
Jangan sombong, tanpa Tuhan kita bukanlah siapa-siapa dan tidak bisa berbuat apa-apa. Semakin Tuhan membawa kita naik, sudah seharusnya kita semakin rendah hati. Semakin kecil peran kita, semakin besar peran Tuhan dalam hidup kita.
Entrepreneur Kristen sudah seharusnya menghadirkan Tuhan di dalam segala usahanya.

Menciptakan Motivasi

Keluaran 17:8-13

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.- Amsal 22:6



Jika Anda adalah seorang pemimpin, entahkah pemimpin kelompok, pemimpin organisasi, pemimpin perusahaan, atau bahkan Anda adalah pemilik perusahaan, menciptakan motivasi dalam sebuah tim adalah hal mutlak. Tanpa motivasi, bisa jadi organisasi atau perusahaan yang kita pimpin akan mengalami kemandegan atau bahkan kelumpuhan. Hal-hal apa yang mempengaruhi motivasi dalam sebuah teamwork?
Satu, visi, misi dan tujuan yang jelas. Dengan menetapkan hal tersebut kita akan tahu di mana posisi kita sekarang ini dan ke mana tim kita akan pergi. Jika visi dan tujuan kita kabur, bisa dipastikan tim kita akan kehilangan motivasi. Karena tidak ada tujuan yang hendak dicapai dan tidak ada target yang hendak diraih. Dua, tanggung jawab. Pendelegasian tanggung jawab akan menjadi motivasi tersendiri bagi orang yang menerimanya. Dengan adanya tanggung jawab yang ia pikul, ia akan berusaha untuk memenuhi, melakukan dan menyelesaikannya dengan kualitas terbaik.
Tiga, tantangan. Pada dasarnya setiap manusia suka dengan hal-hal yang baru. Dengan kita memberikan pekerjaan yang menantang, maka mereka akan termotivasi. Hanya saja berikan tantangan dalam porsi yang tepat. Jika tantangan kita berlebihan, mereka juga akan berpikir bahwa hal tersebut mustahil untuk dilakukan. Namun jika tantangan kita terlalu mudah, mereka juga akan malas melakukannya karena dianggap tidak akan menimbulkan kebanggaan bagi yang melakukannya.
Empat, ciptakan suasana kerja yang kondusif. Jika suasana kerja tidak nyaman, jelas satu sama lain tidak akan termotivasi. Mengusahakan keakraban di dalam tim adalah salah satu cara efektif untuk menciptakan suasana kerja yang kondusif. Jika semua orang yang ada di dalam tim menjadi kompak, mereka akan menikmati apa yang mereka kerjakan dan akan terus termotivasi. Selain itu, setiap orang hendaknya diberikan kesempatan untuk maju. Suasana kerja akan jadi kondusif dan tim kita pun akan termotivasi terus.
Setiap pemimpin sudah seharusnya menciptakan motivasi dalam timnya.

MENJUNJUNG NILAI KEBENARAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup

  Amsal 15:1-33

"Jalan orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi siapa mengejar kebenaran, dikasihi-Nya."  Amsal 15:9

Di zaman akhir ini kehidupan orang percaya benar-benar berada dalam proses penampian.  Karena itu kita harus benar-benar memperhatikan hidup kita.  Jika tidak tahan uji kita akan tertinggal, sebab  "Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."  (Matius 3:12).  Jadi tidak ada lagi istilah main-main dengan kekristenan kita.  Ketika orang-orang di luar sana makin disibukkan dengan perkara-perkara daging (duniawi) dan tidak lagi menjunjung nilai-nilai kebenaran, kita harus memiliki kehidupan yang sebaliknya, yaitu berjuang untuk tetap hidup dalam kebenaran.

     Mungkinkah hidup benar di tengah-tengah dunia yang penuh kompromi terhadap ketidakbenaran dan segala bentuk kejahatan ini?  Perhatikan:  "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah."  (Yakobus 4:4).

     Bidan Sifra dan Pua (Keluaran 1:15) adalah contoh orang-orang yang memiliki hati takut akan Tuhan serta menjunjung nilai kebenaran meski orang lain lebih memilih untuk berkompromi dengan dosa.  Sebagai bidan mereka sangat dibutuhkan oleh banyak orang pada saat persalinan.  Suatu ketika mereka beroleh mandat dari raja Firaun untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang dilahirkan oleh perempuan Ibrani, dengan maksud membinasakan satu generasi umat Tuhan dan ingin melenyapkan orang-orang Ibrani keturunan Abraham, Ishak dan Yakub.  Suatu perintah yang tidak berperikemanusiaan!  Sifra dan Pua dihadapkan pada buah simalakama:  taat kepada raja berarti berkompromi dengan dosa, tidak taat kepada raja resikonya mereka sendiri yang akan mati.  Namun keduanya memilih untuk  "...takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir..."  (Keluaran 1:17).  Karena hidup dalam kebenaran, Tuhan pun menyatakan kasihNya kepada dua bidan itu.  Mereka terlindungi dari murka raja, bahkan diberkati Tuhan dan  "...Ia membuat mereka berumah tangga."  (Keluaran 1:21).

Tuhan menjaga orang-orang yang hidup dalam kebenaran!

Senin, 10 Juni 2013

Kompromi

Bacaan: Yakobus 4:7

Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis... - Yakobus 4:4-10


Beberapa waktu yang lalu saya melihat sebuah iklan yang cukup menarik di teve. Iklan itu menceritakan tentang malaikat dan setan yang saling mempengaruhi seseorang yang hendak berniat mengambil dompet yang bukan miliknya. Setan membujuk untuk mengambil dompet itu, sementara malaikat berbisik agar tidak mengambil barang yang bukan miliknya. Malaikat dan setan saling bertentangan, namun ketika ada makanan kecil (produk yang diiklankan) maka mereka berdua jadi akur. Kompromi dan makan bareng! Bagaimana mungkin malaikat dan setan bisa jadi sahabat? Untung hanya ada dalam iklan saja.
Terang tak bisa bercampur dengan gelap. Itu sebabnya kita sebagai anak-anak terang tak bisa kompromi dengan kuasa-kuasa kegelapan. Kebenaran tak bisa bercampur dengan dosa. Kekudusan tak bisa bercampur dengan kecemaran. Dosa tak bisa ditolerir. Kita tak bisa kompromi dengan dunia dan kuasa kegelapan. Tak ada kepribadian ganda sehingga hari Minggu kita hidup benar dan kudus, sementara hari Senin sampai Sabtu hidup kita penuh dosa dan bercela.
Kompromi! Satu kata yang perlu kita waspadai. Kata ini yang menjatuhkan Simson di pelukan perempuan nakal macam Delila. Kata ini yang membuat Salomo berpaling kepada perempuan-perempuan kafir pada masa tuanya. Kata ini yang membuat Daud melakukan skandal yang memalukan bersama Batsyeba, sekaligus melakukan trik-trik yang kejam dan licik. Kata ini juga yang membuat Yudas memberikan cium pengkhianatan kepada Yesus dengan harga tiga puluh keping perak.
Jangan kompromi dengan dosa, apapun alasannya. Sedikit saja kita kompromi, maka Iblis akan terus mengikat kita dan membuat kita terperosok lebih dalam lagi. Jangan coba-coba berunding mencari kesepakatan dengan iblis karena kita harus tahu bahwa musuh kita adalah si ular tua yang penuh tipu daya dan kelicikan. Miliki keteguhan hati dan keyakinan yang tak tergoyahkan sehingga kita tak pernah kompromi dengan dosa. Seandainya kita sudah terlanjur kompromi dengan dosa, ambillah keputusan untuk tak lagi kompromi dan mintalah kuasa Roh Kudus untuk memampukan kita hidup sesuai dengan kebenaran. Ingat, kompromi tak kan pernah menghasilkan sesuatu yang baik bagi kita.

Loyalitas/Produktifitas

Bacaan: Titus 3:1-14

...untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah.- Titus 3:14


Terkadang saya cukup sebal mendengar seseorang yang membanggakan diri dengan lamanya dia bekerja di sebuah perusahaan. Menunjukkan diri sebagai karyawan paling loyal di perusahaan itu. Jangan salah sangka, saya bukannya tidak menghargai arti sebuah kesetiaan. Kesetiaan yang dibuktikan dengan lamanya waktu bekerja memang penting. Tanpa hal ini perjalanan pun akan tersendat-sendat, bahkan bisa-bisa menjadi kacau dan yang pasti, ritme perusahaan menjadi kacau. Saya acungi jempol kepada mereka yang telah teruji secara waktu.
Namun ada sesuatu yang jauh lebih penting daripada sekedar kata loyalitas saja, hasil kerja dan produktifitas! Apa gunanya kita membanggakan loyalitas kita yang berpuluh-puluh tahun tetapi sebenarnya tidak ada sesuatu yang dihasilkan sama sekali? Apa gunanya mendapat penghargaan sebagai karyawan paling loyal namun kita tidak pernah memberi dampak kepada perusahaan?
Tidak jarang kita bertemu dengan seseorang yang baru bekerja satu dua tahun dalam sebuah perusahaan. Namun, meski demikian prestasi kerjanya sangat membanggakan. Ia tak hanya menyelesaikan tugas dengan baik saja, tetapi ia juga mendukung kemajuan perusahaan. Laju perusahaan pun melaju cepat di tengah persaingan bisnis yang makin kompetitif. Langkah-langkah strategis yang ia ambil menentukan arah perusahaan yang makin efektif. Cara berpikirnya memberi warna tersendiri bagi perusahaannya. Menjadi kreatif dan inovatif sehingga kemajuan perusahaan pun terlihat dengan jelas!
Saya sangat yakin bahwa para owner akan berebut mendapatkan pekerja yang seperti ini, dibandingkan dengan pekerja yang memiliki stempel "loyalitas" saja. Jika Anda seorang yang sanggat bangga dengan stempel loyalitas yang Anda miliki, saya usulkan agar Anda juga bangga dengan stempel "kualitas kerja dan produktifitas". Orang dihargai bukan hanya dilihat dari sudut pandang loyalitas saja, tapi juga dari produktifitas kerjanya.
Orang dihargai bukan hanya dari loyalitas saja tapi juga produktifitas.

Menunggu saat dan waktuNya

Bacaan: Yohanes 2:4
Nats:



Saat saya melihat banyak anak-anak Tuhan yang ditidurkan oleh banyak hal-hal yang Setan tawarkan saat anak-anak Tuhan menunggu saat dan waktu-Nya dalam hidup mereka, Roh Kudus berbicara dalam hati saya akan Firman ini dan Dia mau Firman ini "membangunkan" semua anak-anak Tuhan untuk "menunggu" dengan cara yang berbeda sampai saat dan waktuNya digenapi dalam hidup mereka.
Mari lihat dalam Yohanes 2 : 1-11. Banyak orang yg diberkati lewat perikop Firman Tuhan ini dimana Mujizat pertama yang Yesus adakan adalah di tengah-
tengah keluarga. Dan saya percaya jika kita semua menghadirkan Yesus di tengah-tengah keluarga kita, akan ada banyak Anugerah, Berkat dan Mujizat yang Dia akan kerjakan untuk keluarga kita. Tapi saya akan mengajak kita untuk melihat sisi lain yang Yesus ajarkan, terutama dalam pasal yang ke 4, saat Yesus berkata..." Mau apakah engkau dari pada-Ku,ibu? Saat-Ku belum tiba." Ada banyak anak-anak Tuhan yang dengan tanpa hikmat berkata seperti apa yang Yesus katakan diatas saat orang lain, pendetanya, orang tuanya, sahabatnya, mengajak untuk lebih sungguh-sungguh dengan Tuhan. Banyak dalih yang diutarakan, terutama kata-kata, "belum saatnya" aku ke gereja, berdoa, baca alkitab, dsb. Tapi melalui Firman ini, saya ajak kita semua, bahwa mari belajar seperti apa yang Yesus kerjakan saat menunggu saat dan waktuNya Yesus harus bergerak seperti apa yang Bapa mau, supaya Anugerah, Berkat dan Mujizat itu sampai dalam hidup kita.
Ada 2 hal yg kita harus kerjakan saat menunggu Saat dan Waktu-Nya Tuhan menggerakkan hidup kita :
  1. Tetap tinggal dalam Rumah Bapa. (Lukas 2:49)
    Saat kita menunggu, mari kita tetap tinggal dalam irama Pujian dan Penyembahan yang tak putus-putusnya. Rumah Bapa berarti ada kehadiran Bapa di dalam rumah itu dan kehadiran Bapa berarti ada hadiratNya yang akan melingkupi, memberkati dan membawa kita untuk lebih bersekutu dengan Dia.

  2. Minta Roh Kudus hadir dalam hidup kita. (Yohanes1:32) Nya disini adalah Yesus, dan Roh turun dalam hidupNya dan tinggal dalam hidupNya. Dan Roh itu adalah Roh Kudus itu sendiri. Roh Kudus lah yang akan menggerakkan hidup kita untuk sampai pada apa yang Tuhan rencanakan untuk hidup kita.
Jika hari-hari ini, ada dari kita yang saat menunggu saat dan waktuNYa Tuhan mengerjakan hidupnya dengan malah jauh dari Tuhan, mencari kesenangan duniawi, tinggal di luar HadiratNya, dan bahkan menyerahkan Yesus seperti Yudas Iskariot hanya dengan 30 keping perak, saya berdoa, setelah membaca Firman ini, kita akan berubah dengan menunggu saat dan waktuNya tuhan bekerja dalam hidup kita dengan Tetap tinggal dalam Rumah Bapa dan minta Roh Kudus turun, tinggal dan menggerakkan hidup kita sampai Anugerah, Berkat dan MujizatNya turun atas hidup kita. God Bless.



Penulis: Ev. Abraham Robby R

Selasa, 04 Juni 2013

Memandang Rendah

Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. (1 Timotius 4:12a)

Siapa yang mau dipandang rendah oleh sesamanya? Tidak ada. Ada orang yang menyikapinya secara positif, misalnya dengan giat bekerja agar sukses. Namun, ada pula yang menempuh jalur negatif, misalnya dengan mengorbankan nilai-nilai kebajikan agar diterima dalam suatu komunitas.
Dalam surat pertamanya kepada Timotius, Rasul Paulus mengingatkan adanya potensi tersebut dalam lingkup pelayanan jemaat. Mengapa? Ia masih muda dan berasal dari keluarga campuran. Melihat latar belakang itu saja, orang dapat merendahkannya. Apalagi Timotius melayani jemaat di kota besar, Efesus, sebuah kota pelabuhan termashyur. Di sana ada kuil Dewi Artemis yang dipenuhi dengan pelacur sebagai pelayan kuil. Uang berputar cepat di kota itu, menggoda orang untuk mengejar kekayaan. Ada banyak tawaran untuk memuaskan hasrat duniawi dengan menghalalkan segala cara.
Sebagai orang muda, Timotius pun rentan terhadap godaan itu. Bisa saja untuk lebih diterima orang, ia mengikuti saja kemauan dan ajakan orang lain. Di sinilah Paulus sebagai bapa rohani mengingatkan bahwa Timotius dapat menjadi teladan bagi orang percaya meskipun ia masih muda. Dengan berjalan menurut keinginan Roh, ia dapat menjaga perkataan dan tingkah lakunya serta mengasihi dalam kesetiaan dan kesucian hidup. Ia tak perlu "ikut arus" agar diterima oleh orang banyak.
Bagaimana dengan kita? Kiranya kita belajar menuruti keinginan Roh untuk menjalani kehidupan yang tak bercela dan patut diteladani. --Intan Grace
* * *
ORANG LAIN BISA JADI MERENDAHKAN KITA,
NAMUN JANGAN TERGODA UNTUK BERSIKAP RENDAH.

Sadari Apa Status Kita

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup

Roma 8:1-17

"Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris,"  Roma 8:17

Sebagai seorang Kristen alias pengikut Kristus keberadaan dan status kita pun kini telah berubah yaitu sebagai anak-anak Allah.  Dikatakan,   "...kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus."  (Galatia 3:26).  Karena status kita adalah anak Allah, kehidupan kita pun (perilaku, tabiat, karakter) harus mencerminkan Dia sebab keberadaan seorang anak itu erat kaitannya dengan keberadaan bapaknya.  Karena kita adalah anak Allah maka tidak seharusnya kita hidup dalam ketakutan lagi,  "Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi,"  (ayat 15).

     Kepada Timotius rasul Paulus kembali menegaskan bahwa  "Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."  (2 Timotius 1:7).  Punya rasa takut, kuatir, cemas dan sebagainya adalah manusiawi sekali, tapi jika perasaan itu secara terus-menerus meliputi hidup kita setiap hari membuktikan bahwa kita masih 'kanak-kanak' rohani dan memiliki iman yang dangkal, tanda ketidakpercayaan kita akan penyertaan Tuhan dalam hidup kita.  Kita harus menunjukkan kepada dunia bahwa kita ini 'berbeda', tidak sama dengan mereka yang bukan anak-anak Tuhan.  Alkitab menegaskan bahwa sebagai anak Tuhan  "...kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah,"  (Roma 8:17).  Sebagai anak-anak Tuhan kita berhak atas penyertaanNya, pemeliharaanNya, perlindunganNya dan juga berkat-berkatNya.  "...segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu."  (Lukas 15:31).  Firman Tuhan selalu mengingatkan kita untuk tidak takut sebab Ia tahu benar akan kelemahan kita.  "janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."  (Yesaya 41:10).  Berstatus sebagai anak Tuhan selain punyak hak, kita pun juga punya kewajiban (tanggung jawab).

     Janji Tuhan pasti akan digenapi dalam hidup kita asalkan kita juga memenuhi kewajiban kita.  Seringkali kita hanya menuntut hak-hak kita kepada Tuhan, sedangkan tanggung jawab kita abaikan.  Bukankah ini tidak fair?

Jadilah anak-anak Tuhan yang taat, janji Tuhan akan digenapi dalam hidup kita!