Yehezkiel 33:32
======================
"Sungguh, engkau bagi mereka seperti seorang yang melagukan syair
cinta kasih dengan suara yang merdu, dan yang pandai main kecapi; mereka
mendengar apa yang kau ucapkan, tetapi mereka sama sekali tidak
melakukannya."
"Saya
ingin setiap orang yang mendengar lagu saya terinspirasi untuk menjadi
orang yang lebih baik lagi." Demikian ujar seorang penyanyi ketika
ditanya tentang apa yang ia inginkan lewat album terbarunya. Ia ingin
menginspirasi banyak orang, dan itu sejalan dengan pemilihan lirik yang
positif. Ditengah-tengah maraknya lagu berisi pesan negatif, jalan yang
dipilih penyanyi ini seperti melawan arus. Tapi itu adalah pilihan yang
ia ambil dan tentu saja itulah yang baik.
Kita harus mengakui bahwa media musik bisa dipakai sebagai media yang
efektif. Apakah itu untuk sesuatu yang inspiratif atau membangun, hanya
bertujuan menghibur dengan menceritakan kejadian sehari-hari atau untuk
sesuatu yang provokatif, menghasut atau menyampaikan pesan negatif dan
hal-hal jahat lainnya untuk meracuni generasi muda. Bagaimana kita
seharusnya menyikapi kandungan lagu? Tentu kita sendiri yang memutuskan
apakah kita mau menyeleksi atau tidak. Seharusnya kita bisa mendapat
bahan perenungan, pelajaran dari lagu-lagu yang berisi pesan yang baik
dan termotivasi lewat pesan yang ada didalamnya, sebaliknya menjaga agar
tidak terpengaruh racun yang dibawa lewat pesan-pesan yang buruk.
Tetapi sekali lagi, semua tergantung dari kita. Lagu tetaplah lagu yang
bisa saja hanya didengar karena menyukai musiknya atau menyukai suara
penyanyinya tanpa mempedulikan apa yang ada di dalam lagu-lagu itu.
Jika pesan yang dikandung sebuah lagu tergantung dari kita apakah bisa
mempengaruhi atau tidak, demikian pula kotbah yang anda dengar setiap
minggunya di gereja. Apakah kotbah yang disampaikan itu bermakna positif
dan mengubahkan anda menjadi lebih baik serta bertumbuh dalam Firman
atau anda tergolong orang yang sering terkantuk-kantuk di gereja lalu
menyalahkan pendetanya? Apakah anda termasuk yang mendapat pelajaran
baru setiap minggunya atau langsung lupa tentang apa yang disampaikan
begitu meninggalkan ruangan? Kita bisa serius mendengar lalu mencatat
kemudian di rumah merenungkan kembali dan setelahnya mengaplikasikan apa
yang kita dengar dalam hidup sehari-hari atau hanya menganggap angin
lalu segala yang disampaikan pendeta di mimbar tanpa mempedulikannya
sama sekali. Alangkah sayangnya apabila Firman yang kita dengar itu
hanyalah bagaikan "lagu merdu" yang terdengar indah tapi tanpa makna,
karena tidak ada iman dan keseriusan yang menyertai kita dalam menerima
Firman-Firman Tuhan tersebut. Hanya berhenti sampai mendengar atau
membaca, tapi tidak menjadi pelaku Firman itu akan menjadikan semuanya
sia-sia belaka, bahkan dikatakan menipu diri sendiri seperti yang
disebutkan dalam Yakobus 1:22. "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku
firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu
menipu diri sendiri."
Masih saja ada orang-orang yang suka mendengar kotbah tapi tidak mau
melakukan. Mereka senang dan tertawa ketika kotbah terdengar lucu,
menganggap mimbar hanyalah panggung hiburan dan berharap pendetanya
tampil kocak bagai stand up comedian. Mereka tidak berminat menangkap
esensi Firman Tuhan yang terkandung di dalam kotbah tersebut. Yehezkiel
adalah seorang nabi yang pernah berhadapan dengan orang-orang bertipe
seperti itu. Ia berbicara dan terus berbicara pada sekelompok orang yang
hanya suka mendengar tapi tidak mau atau tidak tergerak untuk melakukan
pesan yang ia sampaikan. Dan Tuhan pun berkata pada Yehezkiel: "Dan
mereka datang kepadamu seperti rakyat berkerumun dan duduk di hadapanmu
sebagai umat-Ku, mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka
tidak melakukannya; mulutnya penuh dengan kata-kata cinta kasih, tetapi
hati mereka mengejar keuntungan yang haram. Sungguh, engkau bagi mereka
seperti seorang yang melagukan syair cinta kasih dengan suara yang
merdu, dan yang pandai main kecapi; mereka mendengar apa yang kau
ucapkan, tetapi mereka sama sekali tidak melakukannya." (Yehezkiel
33:31-32). Jangan salah, kelompok orang-orang Israel dengan tipe seperti
ini sangat suka mendengar pesan Tuhan. Mereka duduk berkerumun seperti
kita yang tengah mengikuti ibadah hari Minggu di gereja. Mereka familiar
dengan suara Tuhan, bahkan mereka bisa mengatakan kata-kata berisikan
cinta kasih, tetapi sesungguhnya semua itu hanya berhenti di telinga dan
paling jauh di bibir saja. Mereka terus berbuat dosa, mereka tetap
tidak menuruti atau melakukan Firman yang mereka dengar lewat Yehezkiel.
Jangan lupa, Firman Tuhan sudah mengingatkan kita bahwa iman tanpa
perbuatan adalah iman yang kosong (Yakobus 2:20), bahkan berarti mati.
(ay 26). Adalah baik untuk rajin membaca firman Tuhan, rajin mendengar
kotbah baik dalam ibadah Minggu atau lewat rekaman-rekaman, tapi akan
sangat jauh lebih baik lagi kalau kita mau mengaplikasikannya secara
nyata dalam hidup.
Menjadi pelaku firman akan membuat iman kita hidup dan mengalami Tuhan
dalam setiap langkah kita dan berarti membangun sebuah fondasi kehidupan
yang kokoh. Yesus berkata: "Setiap orang yang mendengar
perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana,
yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan
datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak
rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar
perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang
bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan
dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah
rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (Matius 7:24-27).
Perhatikanlah bahwa Yesus tidak berhenti pada perkataan "mendengar",
tapi melanjutkan kalimat dengan "melakukannya". Itulah yang akan membuat
kita kokoh, kuat, tegar dan mampu bertahan menghadapi problem apapun
yang bisa saja menghadang di depan sana.
Mari kita periksa seperti apa sikap kita hari ini. Apakah kita tahu
mengenai peringatan Tuhan agar kita jangan takut tetapi masih saja hidup
dicekam kekhawatiran, apakah kita masih saja ragu menghadapi masa depan
meski kita sudah tahu bahwa Tuhan siap menyertai setiap langkah kita,
apakah kita masih sulit membantu sesama meski sudah sering mendengar
bahwa orang percaya seharusnya memberkati dan berdampak bagi orang lain,
apakah kita masih suka berburuk sangka dan pesimis walaupun tahu bahwa
Firman Tuhan sangat menentang sikap seperti itu dan lain-lain. Jika kita
masih bersikap seperti ini, artinya kita masih menganggap Firman Tuhan
hanyalah bagaikan musik merdu tanpa makna dan harus segera mengubah
sikap. Jangan biarkan Firman Tuhan berlalu hanya bagai lagu yang merdu
tanpa makna, tetapi biarlah itu semua bergema dalam kehidupan nyata kita
sehari-hari.
Jangan berhenti hanya sebagai pendengar tapi terapkanlah Firman Tuhan dalam segala aspek kehidupan
Kamis, 18 Juli 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar