Rabu, 21 Agustus 2013

Pigura



  II Korintus 10:12-18

.... atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu...- II Korintus 10:12



Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau daripada rumput kita, demikian kita berpikir. Sementara pada waktu yang sama, tetangga kita sedang merenungi rumputnya yang malang dan iri dengan rumput kita. Bukankah ini aneh? Meski aneh, toh banyak orang yang melakukannya. Padahal seharusnya kita tak perlu membandingkan-bandingkan diri kita terhadap orang lain.
Saat kita membandingkan diri kita dengan orang lain, maka saya sudah membayangkan apa yang selanjutnya akan terjadi. Anda akan membusungkan dada dan terjebak dalam kesombongan ketika orang lain levelnya berada di bawah Anda. Sebaliknya, Anda akan tertunduk lesu dan merasa rendah saat orang lain jauh melampaui Anda. Selain itu membandingkan diri dengan orang lain akan membuat kita tergoda menjadi orang lain. Meninggalkan keunikan yang ada pada kita dan meniru-niru orang lain. Kita menggadaikan kepribadian kita yang unik dan melakukan penyamaran demi menjadi orang lain. Aneh bukan?
Harusnya kita tak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain. Membandingkan diri dengan orang lain hanya meninggalkan sederet akibat buruk yang berujung kepada keluhan. Apalagi kita membandingkan diri kita yang sedang berada dalam lembah dengan orang lain yang sedang berdiri di atas puncak. Kita pun akan merasa iri dan berprasangka bahwa Tuhan tidak adil. Itu seperti kita membandingkan diri kita yang tak dikenal dengan Elvis Presley yang sangat populer. Kita berpikir tentu akan sangat bahagia jika kita menjadi Elvis, sementara akhirnya kita tahu orang sepopuler Elvis ternyata tidak sebahagia yang kita kira, sebab hanya untuk bisa memejamkan mata untuk beberapa saat lamanya saja ia harus menenggak banyak obat tidur.
Daripada membandingkan diri dengan orang lain, harusnya kita mengucap syukur dengan keberadaan kita dan menerima diri kita sendiri apa adanya. Termasuk dengan segala keunikan-keunikan yang ada pada kita, masalah-masalah kita atau kesuksesan-kesuksesan yang berhasil kita capai. Mengapa selalu tergoda membayangkan menjadi orang lain kalau kita bisa bahagia dengan menjadi diri kita sendiri? Mengapa harus membuat potret kita pas dengan pigura orang lain atau mencoba memasukkan potret orang lain ke dalam pigura kita?
Dengan siapakah kita sering membandingkan diri kita? Tuliskanlah nama orang itu dan pastikan bahwa Anda kembali menyukai diri Anda sendiri apa adanya.

Kekangan



  Amsal 25:28; Galatia 5:16-26

Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya.- Amsal 25:28



Dari hari ke hari, berat badan saya cenderung naik. Beberapa baju favorite yang dulu sering saya pakai mau tidak mau harus saya museumkan karena sudah tidak muat lagi. Meski belum gemuk-gemuk amat, saya memilih untuk menguruskan badan dengan cara diet. Namun diet ternyata bukan hal yang gampang untuk dijalani. Diet saya gagal terus, masalahnya cuma satu, saya kesulitan mengendalikan diri ketika berhadapan dengan makanan kesukaan, apalagi ketika melihat teman-teman saya dengan lahapnya menikmati semua makanan itu. Soal mengendalikan diri tentu tidak hanya terbatas soal makan saja. Hampir semua sisi dalam kehidupan kita membutuhkan pengendalian diri.
Banyak tokoh Alkitab yang luar biasa hebat harus jatuh terpuruk hanya gara-gara tidak bisa mengendalikan diri.
Seandainya saja Hawa bisa mengendalikan diri terhadap keinginan makan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat.
Seandainya saja Musa tak buru-buru marah ketika memukulkan bukit batu untuk memberi minum kepada Isarel yang rewel itu.
Seandainya saja Simson bisa menahan nafsunya terhadap perempuan nakal macam Delila.
Seandainya saja Daud bisa menahan diri dari “pemandangan indah” dari sotoh istananya pada waktu senja.
Seandainya saja Yudas tak silau dengan uang yang ditawarkan imam kepala.
Tak bisa mengendalikan diri kadangkala membuat kita melakukan hal-hal yang sangat bodoh. Seperti ketika kita dikuasai emosi yang berlebihan sampai-sampai mulut kita penuh dengan umpatan dan kata-kata kotor. Seperti ketika kita menukarkan kekudusan Allah dengan hal-hal yang cabul. Seperti ketika kita tergoda untuk menyebarkan gosip demi menjatuhkan orang yang kita tidak suka. Seperti ketika kita melakukan praktek suap, korupsi, pungli atau praktek-praktek memalukan lainnya. Harusnya kita mengenakan kekang dalam hidup kita sehingga kita tetap memiliki pengendalian diri. Tanpa memiliki pengendalian diri maka kita seperti kota yang roboh temboknya. Anda bisa bayangkan sebuah kota tanpa tembok? Yang pasti terjadi adalah musuh dengan mudahnya masuk, menyerbu, dan menghancurkan kehidupan kita.
Ambillah salah satu kekangan dari hal-hal berikut ini : tidak menjadi rakus soal makan, tidak berkata kotor, tidak membelanjakan uang untuk hal yang tak perlu atau tidak menyalakan tv.

Sabtu, 17 Agustus 2013

Seimbang



 Amsal 30:7-9

Janganlah berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan.- Amsal 30:8



Segala sesuatu yang berlebihan tentu akan membawa akibat yang tidak baik. Ini kebenaran yang tak bisa disangka lagi. Cara makan Anda yang berlebihan akan membuat Anda berurusan dengan obesitas, demikian juga jika Anda diet dengan cara berlebihan, ini akan menyebabkan Anda mengidap anorexia bulimia. Bekerja keras itu baik, tapi akan menjadi tidak baik jika menjadi workaholic atau kecanduan kerja, sebaliknya punya waktu untuk beristirahat itu baik tapi akan menjadi tidak baik kalau kita bermalas-malasan. Memiliki rasa percaya diri adalah baik, tapi jika berlebihan maka kita akan menjadi lupa diri bahkan terjebak dalam kesombongan, sebaliknya merendah itu baik tapi jika berlebihan maka akan membuat rendah diri. Minum obat satu tablet membuat Anda sembuh, tapi minum obat satu dos?
Itu sebabnya bertindaklah dengan takaran sedang agar kehidupan Anda berjalan seimbang. Amsal pernah menulis kata-kata bijak yang sangat menarik. Ia berdoa kepada Tuhan agar jangan diberi kekayaan, tapi di sisi lain ia juga berdoa agar kemiskinan juga tidak menimpa dirinya. Mengapa? Ia tidak mau kekayaannya justru membuatnya menyangkal Tuhan dan berkata dengan sombongnya : Siapa Tuhan itu? Ia juga tidak mau miskin karena kemiskinan bisa membuatnya mencuri dan mencemarkan nama Tuhan. Ia hanya minta segala sesuatu yang memang menjadi bagiannya! Lagi-lagi kehidupan yang seimbang.
Tuhan menghendaki kehidupan yang seimbang. Jika kehidupan kita tidak seimbang maka itu akan menimbulkan masalah baru dan akan menyisakan sederet akibat. Jangan sampai kita aktif melayani di gereja tapi melupakan tugas dan peran kita dalam keluarga, atau sebaliknya jangan sampai kita hanya mementingkan urusan keluarga kita terus dan melupakan panggilan kita sebagai orang percaya. Jangan sampai begitu “dekatnya” kita dengan Tuhan sampai melupakan dunia dan terang yang harusnya menerangi dunia menjadi tak berfungsi lagi, atau sebaliknya jangan sampai kita sibuk di dunia tapi lupa dengan perkara-perkara yang punya nilai kekekalan. Berdoa tanpa bekerja adalah seperti pengemis, namun bekerja tanpa berdoa adalah seperti budak. Bekerja tanpa istirahat akan membuat kita “aus” tapi istirahat tanpa bekerja akan membuat kita menjadi tumpul. Cerdik tanpa ketulusan membuat kita licik, tapi tulus tanpa cerdik membuat kita bodoh. Jadilah seimbang, itu saja!
Anda bisa mengamati kehidupan seseorang yang serba “terlalu”.

Kamis, 15 Agustus 2013

Tuhan Besar



Bacaan: Markus 4:35-41

Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu ... - Markus 4:37



In times of difficulties, don’t ever say, “God, I have a big problem”, but instead, “Hey problem, I have a big God” and everythings will be alright.
Saat masa-masa sulit datang, jangan pernah berkata, “Tuhan, aku memiliki masalah besar”, tetapi seharusnya kita berkata, “Hei masalah, aku memiliki Tuhan yang besar” dan semuanya akan menjadi baik!
Kita sulit menjadi orang berkemenangan karena memiliki cara pandang yang keliru tentang sebuah masalah yang sedang terjadi dalam kehidupan kita. Daripada melihat kebesaran Tuhan, kita justru terfokus untuk melihat besarnya masalah yang sedang kita alami. Akibatnya, kita menjadi kecut dan tawar hati. Bahkan belum apa-apa kita sudah menyerah kalah dan menjadi putus asa.
Hal yang sama pernah dialami oleh murid-murid ketika mereka bersama Yesus sedang melaut. Saat badai besar datang, mereka mulai panik dan ketakutan mereka makin menjadi-jadi saat perahu yang mereka tumpangi mulai penuh air dan hampir tenggelam. Mengapa mereka menjadi begitu ketakutan menghadapi badai? Bukankah Yesus pada waktu itu sedang bersama-sama dengan mereka? Jawabannya sederhana, karena mereka lebih fokus kepada badai itu daripada fokus kepada Tuhan Yesus! Sikap beda ditunjukkan oleh Daud ketika berperang melawan raksasa Goliat. Memang Goliat sangatlah besar, tapi pandangan rohaninya ia tujukan kepada Allah Israel yang jauh lebih besar daripada raksasa Goliat yang ada di hadapannya. Itu sebabnya Daud sama sekali tidak takut dan berhasil memenangkan pertempuran.
Apa yang akan kita lihat saat masalah datang? Apakah kita akan melihat besarnya masalah ataukah kita melihat kebesaran Tuhan? Sesungguhnya apa yang tergambar di mata kita akan menentukan apakah kita menjadi orang Kristen yang berkemenangan atau tidak. Tak perlu melihat ganasnya kanker yang menggerogoti tubuh, Ia jauh lebih berkuasa daripada kanker. Tak perlu melihat betapa besarnya hutang yang melilit, Ia mampu membebaskan dan memerdekakan kita secara finansial. Tak perlu melihat parahnya keadaan keluarga kita, belum terlambat untuk mengarahkan pandangan Anda kepada Tuhan dan menyerahkan kemudi kepadaNya. Tak perlu takut dengan masalah besar, sebab kita memiliki Tuhan yang besar. Apa yang tergambar di mata Anda?

Apapun masalah yang sedang Anda hadapi, jalanilah hari ini dengan mata yang tertuju kepada Kristus.

Kebaikan Kecil

: Roma 12:9-21

Lakukanlah yang baik.- Roma 12:9



Kita selalu fokus dengan hal-hal besar sehingga melupakan hal-hal kecil. Kita ingin langkah besar, dan lupa bahwa kita perlu mengawalinya dengan langkah kecil, Demikian juga halnya saat kita ingin menyatakan sebuah kebaikan. Kita selalu berpikir bagaimana melakukan hal yang besar, spektakuler dan akan selalu diingat sepanjang masa. Akhirnya kita sendiri yang putus asa karena tak mampu mewujudkan kebaikan-kebaikan besar itu. Lupa bahwa untuk melakukan sebuah kebaikan, tak selalu harus dalam skala yang besar atau dengan nilai yang besar, sebab kita sebenarnya bisa mengisi hidup kita ini dengan kebaikan-kebaikan kecil tapi sangat berarti bagi orang lain.
Untuk memberi kepada orang yang membutuhkan, tak harus menunggu diri kita jadi konglomerat dulu. Uang kita yang tak terlalu besar jumlahnya bisa membuat orang lain merasa lebih baik. Untuk bisa melayani Tuhan, tak harus kita menyelesaikan sekolah teologia lebih dulu. Dengan kesederhanaan dan ketulusan hati, pelayanan kita bisa menjadi berkat. Untuk memberi penghiburan, tak harus menunggu kita hebat dalam mengolah kata lebih dulu. Kadangkala kehadiran kita yang tak banyak bicara justru bisa berbicara banyak hal kepada orang yang dalam kesusahan.
Artinya, tak perlu menunggu melakukan kebaikan-kebaikan besar kalau kita bisa melakukan kebaikan-kebaikan kecil. Kebaikan-kebaikan kecil memang sederhana, tapi akan memiliki dampak yang sangat besar. Kebaikan-kebaikan kecil bisa berarti sebuah senyuman atau bisa juga sebuah tepukan di pundak. Bisa berarti rangkulan atau pelukan bagi mereka yang tak pernah mendapatkan kasih. Bisa berarti kita menulis kata-kata sederhana yang membangkitkan semangat dan menghibur. Bisa berarti kita memberikan sebagian kecil milik kita kepada mereka yang terlantar di pinggir jalan. Memberikan bahu untuk bersandar bagi sahabat yang sedih. Berkata terima kasih kepada mereka yang tak pernah dihargai. Memberikan perhatian kepada mereka yang tak pernah diperhatikan. Menelpon orang yang kita tahu sedang dalam kesepian. Membuat orang lain tertawa. Menyimpan iklan lowongan pekerjaan bagi teman Anda yang sedang membutuhkan pekerjaan. Menceritakan tentang Yesus dan memberikan harapan. Menjadi pendengar yang baik. Melambaikan tangan dan tersenyum. Mengunjungi mereka yang tergolek sepi. Dan masih banyak lagi kebaikan-kebaikan kecil yang bisa kita lakukan.
Hari ini putuskan untuk melakukan kebaikan-kebaikan kecil, apapun bentuknya.

Selasa, 13 Agustus 2013

No Man is an Island

Kejadian 2:18a
======================
"TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja."

Di tahun 1624 seorang penyair bernama John Donne menulis sebait syairnya "no man is an island" yang sampai sekarang masih sangat familiar di telinga kita. Kalimat ini mengacu kepada jati diri manusia yang memang diciptakan bukan untuk hidup sendirian, terisolir dari lingkungannya dan menjadi orang-orang bersifat individualis melainkan untuk hidup dalam hubungan kekerabatan dengan orang lain, berkelompok atau dalam komunitas. Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk hidup sebagai mahluk sosial yang harus membangun hubungan dengan orang lain agar bisa maju dan hidup lebih baik. Sulit sekali membayangkan jika harus menjalani hidup sendirian tanpa teman. Keterbatasan-keterbatasan kita sebagai manusia jelas membutuhkan pertolongan orang lain. Tidak ada satupun orang yang bisa bertahan hidup dengan baik jika hanya sendirian. Contoh kecil saja, apabila kita hidup tanpa adanya teman, saudara atau keluarga, tentu sangatlah sulit bagi kita untuk menjalani hidup. Tidak ada yang menegur, tidak ada tempat curhat atau sharing, tidak ada yang mengingatkan, tidak ada yang membantu.

Saya pernah membaca komentar dari seorang mantan narapidana bahwa salah satu bentuk hukuman terberat bagi mereka yang tengah menjalani hukuman dibalik jeruji ternyata bukanlah siksaan fisik melainkan ketika diisolasi dalam sebuah ruang yang gelap untuk sekian waktu tertentu. Diisolasi sendirian, terasing tanpa ada kesempatan untuk bertatap muka dengan orang lain, itu yang ternyata ia rasakan paling menyiksa. Kita adalah manusia yang butuh kasih sayang, perhatian dan dukungan dari orang lain. Bukan hanya membuat hidup jauh lebih sulit, kesendirian itu bisa sangat menyiksa, dan itu pun bukanlah sesuatu yang diinginkan Tuhan bagi kita.

Seperti itu pula jatidiri kita diciptakan Tuhan. Tuhan tidak berniat menciptakan manusia untuk sendiri-sendiri. Interaksi sosial dengan orang lain jelas kita butuhkan dan Tuhan pun menghendaki demikian. Lihatlah apa kata Tuhan di awal penciptaan. "TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja." (Kejadian 2:18). Tuhan mengatakan bahwa sendirian itu tidak baik. "It is not good", He said. Dan itulah landasan Tuhan menciptakan seorang penolong yang sepadan dengan kita. Hawa pun hadir, diciptakan lewat tulang rusuk Adam.

Kemudian Tuhan memberkati dan memberi pesan kepada mereka. "Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (1:28). Beranak cuculah dan bertambah banyak, lalu berkuasalah atas segala ciptaan Tuhan yang ada di muka bumi ini. Pikirkanlah. Untuk apa kita diminta untuk terus bertambah banyak memenuhi bumi jika kita harus hidup sendiri-sendiri? Tuhan menginginkan adanya interaksi sosial di antara sesama manusia agar kita bisa terus berkembang lebih baik, apalagi dengan diserahkannya tugas untuk menaklukkan dan menguasai seisi bumi yang sama sekali tidak mudah. Secara spesifik kita bisa melihat bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan seperti halnya Adam dan Hawa, namun secara luas Tuhan pun mengingatkan kita untuk hidup berdampingan dengan orang lain, baik dalam komunitas maupun lingkungan tertentu, dimana kita bisa saling membangun, menolong, mengisi, mengingatkan satu sama lain dan sama-sama bertumbuh ke arah yang lebih baik.

Dalam Pengkotbah kita bisa melihat bahwa kita dianjurkan untuk berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang lain. "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka." (Pengkotbah 4:9) Dalam versi BIS dikatakan "Berdua lebih menguntungkan daripada seorang diri. Kalau mereka bekerja, hasilnya akan lebih baik." Kemudian dilanjutkan dengan: "Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!" (ay 10). Kita butuh kehadiran teman yang bisa menolong kita bangkit ketika terjatuh, teman yang siap menguatkan ketika kita lemah, teman yang sanggup meringankan ketika kita ditimpa beban berat, teman yang siap memberi masukan, menegur apabila kita salah, mengingatkan dan memberi masukan, teman yang mampu memberi penghiburan ketika kita berduka.

Bukan hanya kepada sesama kita manusia, jangan lupa pula bahwa kita pun harus membangun sebuah hubungan yang erat dan intim dengan Tuhan. Tuhan juga ingin kita berhubungan dekat dan berinteraksi denganNya. Lihatlah bagaimana sebuah hubungan yang sangat dekat bersama dengan Allah itu, "Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka." (Wahyu 21:3). Dan hasil dari kebersamaan dengan Tuhan ini pun sungguh indah pula. "Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."(ay 4).

Tuhan Yesus sendiri pun mengingatkan kita akan pentingnya sebuah persekutuan dalam kehidupan kerohanian. "Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:19-20). Jelaslah bahwa kita memang diciptakan sebagai mahluk sosial yang harus terhubung satu sama lain untuk bisa hidup lebih baik. Tapi disamping itu kita juga harus ingat untuk berhati-hati dalam memilih teman, sebab firman Tuhan sudah mengingatkan:"Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang" (Amsal 13:20), atau "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33).

Ada saja alasan bagi orang untuk hidup menyendiri. Mungkin karena rasa malu, dosa, depresi, rasa kehilangan, penderitaan akibat sakit dan sebagainya. Tapi apapun alasannya, jawaban Tuhan akan hal itu tetap sama, "it is not good". Oleh karena itu kita diingatkan "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Sekali lagi, we are created to build a close relationship with others (Pengkotbah 4:9-12) and with God Himself. (Wahyu 21:3). No man is an island said John Donne, and indeed it is. Let's reach out and develop a tight friendships with others, for our own sake and theirs and let's live a better life together.

Mari membangun hubungan yang baik dengan sesama agar hidup kita menjadi semakin baik

Peran Umat Tuhan Bagi Pemulihan Negeri

2 Tawarikh 7:14
========================
"dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka."

Betapa sulitnya membersihkan negara ini dari tikus-tikus koruptor yang tanpa tedeng aling-aling terus mengeruk uang negara tanpa memikirkan nasib bangsa yang semakin carut marut seperti sekarang ini. Ketika kemiskinan melanda, maka tingkat kriminalitas pun menjadi meningkat pula. Kondisi rawan terjadi dimana-mana. Orang bisa membunuh di tempat umum tanpa rasa takut, pencurian disertai kekerasan terus menjadi berita di berbagai media. Lembaga dimana kita mencari keadilan justru menjadi salah satu sarang bercokolnya tikus-tikus ini, yang membuat tidak adanya jaminan keadilan atau keamanan yang cukup bagi warga negara sendiri. "Saya angkat tangan saja...apa yang bisa saya buat? Kondisinya sudah terlalu parah, apalah artinya satu orang dibanding kerusakan yang sudah begitu luas merusak negara ini.." kata seorang teman dengan pasrah. Seperti itulah pemikiran banyak orang yang merasa bahwa tidak ada satupun lagi yang bisa dibuat untuk memperbaiki kerusakan yang sudah sedemikian parah. Tapi benarkah kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi? Apakah kita hanya tinggal pasrah melihat bangsa ini terus meluncur cepat ke dalam jurang kehancuran?

Kita akan dengan mudah beranggapan bahwa akan sulit bagi orang benar untuk bisa melakukan sebuah perubahan. Tapi coba kita balik pertanyaannya. Mungkinkah satu orang jahat bisa mengubahkan sebuah bangsa untuk tujuan buruk? Jawabannya menjadi sangat masuk akal. Ya, itu sangat mungkin seperti yang bisa kita lihat dalam sejarah kehidupan dunia. Adolf Hitler telah membuktikannya. Sangat sulit untuk melepas citra buruk yang ditimbulkan Hitler bagi Jerman,  bahkan hingga berpuluh tahun sesudahnya. Begitu pula para pemimpin diktator kejam sekelas Hitler lainnya yang pernah ada di belahan dunia yang berbeda dalam masa yang berbeda pula. Jika kuasa iblis atas seorang manusia saja dapat mengubahkan sebuah bangsa untuk tujuan buruk, tentu hal sebaliknya pun mungkin terjadi. Sekelompok orang percaya, berapapun jumlahnya, akan mampu menjadi agen-agen Tuhan yang bisa mengubahkan sebuah bangsa ke arah yang lebih baik.

Mari kita simak baik-baik ayat bacaan hari ini. "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." (2 Tawarikh 7:14). Lihatlah bahwa Tuhan tidak sedang berbicara mengenai kelompok yang besar. Dia tidak menyebutkan bahwa dibutuhkan setiap individu dalam sebuah bangsa untuk mengubahkan segala sesuatu. Apa yang Tuhan tekankan adalah umatNya, kita anak-anakNya. Bukan soal jumlah, tapi orang percaya, yang berjalan atas nama Tuhan, yang mau merendahkan diri, tekun berdoa dan selalu rindu mencari wajahNya, dan sudah memutuskan untuk bertobat dari jalan-jalan yang salah, sudah memutuskan untuk hidup benar, dan tentu saja peduli dengan kondisi yang dialami bangsanya. Orang-orang seperti inilah yang akan didengar Tuhan, dan pemulihan sebuah negeri akan dapat terjadi. Biarpun jumlahnya sedikit sekali, tangan Tuhan bisa turun memulihkan kondisi yang sudah separah apapun kerusakannya. Syaratnya menurut ayat ini adalah jika ada sekelompok umat Tuhan, yang berjalan atas namaNya, yang mau merendahkan diri, mau berdoa, mencari wajah Tuhan dan mendoakan bangsanya, maka Tuhan akan mendengar seruannya dan memulihkan diri mereka serta negerinya. Orang-orang seperti inilah yang bisa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Jika orang seperti ini peduli, dan mau mendoakan negerinya, maka Tuhan pasti mendengar. Pengampunan dan pemulihan pun akan segera terjadi.

Berdoa bagi bangsa, itulah kuncinya. Berdoalah untuk negeri kita. Sebelumnya pastikan bahwa hidup kita sudah tidak lagi menyimpang dari kebenaran. Jumlah orang bukanlah menjadi prioritas utama Tuhan. Sedikit, tapi benar, itu jauh lebih baik ketimbang banyak tapi suam-suam kuku. Kita bisa melihat contoh lain ketika Tuhan memutuskan untuk melenyapkan Sodom. Bacalah Kejadian 18:16-33 dan lihat bagaimana proses "tawar menawar" Abraham terhadap Tuhan yang memohon agar Sodom jangan sampai dimusnahkan. Abraham memulai dari 50 orang benar. Jika ada 50 orang benar, Tuhan siap mengampuni kota itu.  "TUHAN berfirman: "Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat itu karena mereka." (ay 26).  Tapi ternyata tidak ada 50 orangpun yang benar. Abraham terus menawar hingga jumlah orang benar mencapai 10 orang. Dan untuk 10 orang pun Tuhan mau mengampuni Sodom. "Katanya: "Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana?" Firman-Nya: "Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu." (ay 32). Lihatlah, iman 10 orang pun akan mampu membuat perbedaan. Namun sayangnya ternyata 10 orang pun tidak ada disana untuk menopang kotanya dalam doa. Akibatnya, Sodompun dimusnahkan Tuhan.

Tugas ada di pundak kita, orang-orang percaya. Apakah kita ingin negeri kita mengalami pemulihan atau terus membiarkannya menuju jurang kehancuran, itu semua tergantung dari seberapa jauh kepedulian kita untuk mendoakan bangsa ini, dan seberapa jauh kita hidup dengan benar. Itu mungkin dan bisa kita lakukan! Sejauh mana kita bisa menjadi umat Tuhan yang berkenan di hadapanNya, yang peduli terhadap nasib negeri kita akan sangat menentukan nasib bangsa ini ke depan. Doakan, doakanlah terus. Naikkan doa syafaat bagi negeri kita dan para pemimpin, agar mereka bisa memimpin dan mengelola negeri ini dengan baik dan takut akan Tuhan. Paulus pun mengingatkan hal ini. "Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan." (1 Timotius 2:1-2). Bukan kita yang sanggup melakukan pemulihan, melainkan Tuhan. Tapi kita bisa menjadi penggeraknya melalui doa-doa syafaat kita. Tuhan mampu memulihkan negeri kita. Tugas kita adalah berdoa, percaya, hidup benar dan mencari wajahNya. Bukankah Firman Tuhan sudah mengingatkan pula bahwa "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya" (Yakobus 5:16b)? Jangan tunggu sampai negeri kita harus mengalami hal yang sama seperti Sodom. 10 umat Tuhan yang benar-benar percaya dan peduli pun sudah bisa mendatangkan perubahan positif. Jadi jangan tinggal diam, jangan berpikir pesimis bahwa anda hanyalah minoritas yang tidak bisa berbuat apa-apa, sebab itu bukanlah sikap yang diinginkan Tuhan. Datanglah pada Tuhan hari ini dan berdoalah bagi negeri kita. Tuhan akan mendengar dan siap memulihkan.

Sedikitpun asal benar mampu menggerakkan hati Tuhan untuk mengampuni dan melakukan pemulihan

Kamis, 01 Agustus 2013

Sudah Dipulihkan



Bacaan: Kolose 3:5-17

telah mengenakan manusia baru yang terus menerus diperbarui ... menurut gambar khaliknya.- Kolose 3:10



Apakah Anda sudah mengijinkan tangan Maestro itu memulihkan kembali potongan- potongan puzzle yang berantakan. Apakah puzzle itu sudah membentuk gambar yang indah, serupa dengan gambar diri Sang Maestro? Untuk melihat apakah gambar diri kita sudah dipulihkan atau belum, kita bisa mengujinya dengan beberapa pertanyaan berikut di bawah ini :
  1. Apakah kita bisa menerima diri kita sendiri apa adanya?
  2. Apakah kita bisa bersyukur kepada Tuhan atas ketidaksempurnaan kita?
  3. Apakah kita menyadari kekurangan dan kelemahan kita, sementara kita juga menyadari bahwa kita memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak ada pada
    diri orang lain?
  4. Apakah kita bisa menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati dan menerima kritik tanpa harus menjadi putus asa?
  5. Apakah kita berani meninggalkan masa lalu, menghadapi kenyataan masa sekarang ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan?
  6. Apakah kita tahu bahwa hidup kita sangat berharga sehingga kita bisa menghargai diri kita sendiri?
  7. Apakah kita berani menjadi diri sendiri dan tak tergoda untuk menjadi orang lain?
  8. Apakah kita berani jatuh dan gagal, dan bangkit lagi?
  9. Apakah kita bisa mengasihi orang lain seperti kita menerima diri kita sendiri?
  10. Apakah kita sudah bisa mengampuni orang lain yang pernah melukai hati kita?
  11. Apakah kita berani meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk kita?
  12. Apakah kita berani mempertahankan prinsip, meski itu berarti kita harus beda dari kebanyakan orang?
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu akan menunjukkan gambar puzzle kita. jika jawaban kita ya, maka gambar diri kita sudah pulih, sebaliknya jika jawaban kita tidak maka gambar diri kita sebenarnya belum dipulihkan. Bersyukur kalau gambar diri kita sudah dipulihkan, namun seandainya belum itu bukan berarti kita tak bisa dipulihkan. Kita harus melewati proses clan tiap orang memang memiliki proses yang masing-masing berbecla. Yang penting adalah kita tetap mengijinkan
Tuhan terns memulihkan gambar diri kita hingga di dapati hidup kita serupa dan segambar dengan Kristus.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan itu dan diskusikaniah dengan orang terdekat Anda.

Hargai Hidup

Bacaan: Kejadian 1:1-31

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarnya.- Kejadian 1:27



Anda memiliki anak kecil? Ketika Anda mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dompet, anak Anda bisa menyebutkan lembaran kertas itu adalah uang. Meski tahu bahwa itu adalah uang, anak Anda belum tahu nilai dari uang itu. Jacli seandainya Anda memberikan satu lembar uang seratus ribu kepada anak kita itu,
kira-kira apa yang akan dilakukannya? Jangan kaget kalau anak Anda tiba-tiba mengambil sebuah spidol dan mulai menggambar atau mencorat-coret di uang itu.
Atau jangan heran kalau anak Anda akan segera melipat-lipat uang kertas itu layaknya kertas origami untuk dibuat mainan. Mengapa anak Anda tidak bisa
menghargai uang yang Anda berikan? Jawabannya sederhana, karena anak Anda belum tahu nilainya! Kita tidak akan pernah bisa menghargai sesuatu jika kita tidak tahu nilainya. Anak Anda tidak bisa menghargai uang yang Anda beri karena ia tidak tahu nilai uang itu.
Menyedihkan memang, tapi inilah yang terjadi. Ada banyak orang Kristen tidak bisa menghargai hidupnya. Hidup yang hanya digunakan untuk segala sesuatu yang
sia­sia. Tubuh yang notabene adalah bait Allah justru akrab dengan alkohol atau bahkan narkotika dan obat bius. Memuaskan diri secara terus menerus dengan hal- hal yang berbau pornografi. Sementara beberapa orang lagi sengaja menghancurkan hidupnya sendiri dalam keputusasaan, rasa frustasi bahkan melakukan tindakan bunuh diri. Mengapa orang-orang ini tidak bisa menghargai hidupnya sendiri? Karena mereka belum tahu nilai hidup mereka! seandainya saja tahu bahwa
sebenarnya mereka sangat berharga tentu mereka tidak akan melakukan kebodohan-kebodohan seperti itu.
Hargai hidup kita karena kita sungguh memiliki nilai dan berharga! Apa bukti kalau kita berharga? Pertama, kita diciptakan segambar dan serupa dengan Allah!
Ini hal yang sangat luar biasa! Kedua, kita mengalami penebusan di dalam Kristus. Jika kita tidak berharga tentu Yesus ticlak perlu susah-susah turun ke
dunia untuk menebus kita. Buat apa menebus sesuatu yang tidak berharga dengan sesuatu yang sangat mahal? Ketiga, kita berharga karena di dalam diri kita
mengalir darah Kristus yang sangat mahal, ini terjadi karena Yesus menebus kita dengan darahNya sendiri yang harganya tak ternilai. Keempat, karena kita adalah
anak-anak Allah, bahkan kita adalah anak Raja di etas segala raja! Kesimpulannya, hargai hidup kita karena kita sangat berharga.
Awali hari Anda dengan berkata, "Aku berharga di mata Tuhan.". Lakukan hal ini terus menerus sampal terbentuk mental yang positif dalam hidup Anda!

Mentalitas



Bacaan: Filipi 4:4-9

..semua yang disebut kebajikan dan patut dipji, pikirkanlah semuanya itu.- Filipi 4:8



Dalam hal-hal yang sederhana, saya sering membuktikan bahwa apa yang saya percayai itulah yang akan terjadi. Jauh sebelum mentalitas saya diubahkan, saya
termasuk orang yang merasa diri sebagai destroyer atau perusak. Saya terlanjur percaya bahwa setiap, barang yang saya sentuh akan rusak, dan akibatnya sungguh mengherankan! Setiap barang yang saya sentuh benar-benar menjadi rusak, seperti gambaran dalam mentalitas saya.
Saya pernah mematahkan lebih dari 10 tuts piano yang begitu keras saat saya memainkannya. Mematahkan satu tuts saja sudah tergolong langka, tetapi saya
sudah menghabiskan lebih dari 10 tuts! Apa yang saya lakukan melihat kecenderungan saya yang seperti itu? Setelah membaca buku tulisan Norman Vincent
Peale, seorang pencetus Positive Thinking, mentalitas saya berubah, maka "sentuhan maut" saya juga berhenti dengan sendirinya.
Dari pengalaman sederhana itu, sebenarnya kita perlu berhati-hati dengan mentalitas dan pikiran kita. Apa yang kita gambarkan dalam benak pikiran kita,
itulah juga yang akan terjadi. Berhasil atau tidaknya kita meraih kesuksesan dimulai dan ditentukan dari pikiran kita. Apa yang tergambar di sana akan
terjadi secara otomatis. Gambarkan kegagalan dalam benak pikiran Anda, maka Anda pasti menuai kegagalan pada akhirnya. Sebaliknya, gambarkan keberhasilan besar dalam hidup Anda, maka Anda pasti mencapainya.
Pencapaian kesuksesan sebenarnya dimulai dalam pikiran. kita. Peperangan yang sebenarnya bukan berada di tempat kerja, bukan saat kita berhadapan dengan para kompetitor, bukan juga dengan situasi yang tak bersahabat. Peperangan yang sebenarnya terletak pada pikiran kita. Jika kita bisa menggambarkan kesuksesan dalam mentalitas kita, maka sebenarnya kita sudah menang. Kita akan lebih mudah mengatasi segala tantangan di tempat kerja, Setelah mentalitas kita menjadi positif. Harapan apa yang ingin Anda capai dalam hidup ini? Gambarkanlah itu dalam mentalitas Anda, dan Anda akan menjadi sama persis dengan gambaran itu! Mentalitas positif seperti inilah yang sering kita sebut dengan iman. Itu sebabnya tak berlebihan kalau banyak perkara besar terjadi persis seperti hal-
hal yang kita imani sebelumnya.
Ambilah sebuah kertas dan coba gambarkan apa yang sedang ada dalam mentalitas Anda,tentang diri Anda satu tahun yang akan datang. Seperti itulah yang akan
terjadi dalam diri Anda.

Doa Puasa

Doa Puasa



Bacaan: Daniel 9:1-19

Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa ...- Daniel 9:3



Kita tentu sering mendengar orang Kristen yang sedang berpuasa. Ada yang berpuasa dengan tidak - makan dan minum, ada yang pantang makanan kegemarannya, ada yang puasa dengan tidak melakukan aktivitas tertentu, ada yang hanya puasa makan tetapi masih minum dan lain-lainya. Lalu puasa seperti apa yang benar? Tidak ada jenis puasa tertentu yang lebih baik dan lebih rohani daripada jenis puasa yang lain. Yang lebih dipentingkan disini adalah kita mengetahui alasan yang tepat kenapa kita berpuasa.
Berpuasa penting karena menunjukkan kelemahan dan harapan "untuk meraih Tuhan", yang adalah satu-satunya sumber segalanya bagi kita. Iblis tidak bisa tinggal
berlama-lama apabila seseorang berpuasa, karena berpuasa bagi Tuhan akan menciptakan suasana yang betul-betul menghadirkan kekudusan dan menolak yang
tidak kudus. Itulah sebabnya kenapa roh jahat tidak nyaman didekat orang yang berpuasa secara sungguh-sungguh. Mengapa kita berpuasa?
  1. Kita berpuasa sebagai ketaatan akan Firman Aliah. Baca: (Yoel 2:12, II Kor6:4-6)
  2. Untuk merendahkan diri dihadapan Allah dan untuk mendapatkan anugerah dan kuasanya. (Yakobus 4: 10)
  3. Untuk mengakhiri pencobaan-pencobaan yang menghalangi kita untuk masuk dalam kuasa Tuhan. Apabila urapan tidak mengalir dalam kehidupan kita, ini pertanda bahwa kita perlu berpuasa dan berdoa. Lukas 4, Yesus berpuasa dan mengalahkan iblis.
  4. Untuk dimurnikan dari dosa dan memurnikan sesama. Berpuasa adalah proses pembersihan. Berpuasa adalah cara yang membawa kebiasaan buruk kita muncul kepermukaan dan dibersihkan. (Daniel 9:3-5, Yunus 3:5-10)
  5. Kita akan menjadi lemah dan Allah menjadi kuat dalam kita. (II Korl2:9-10)
  6. Untuk mendapatkan pimpinan Tuhan (Kis 13:3-4,14:23)
  7. Untuk mengatasi krisis. (Ester 4:15-16)
  8. Ketika membutuhkan petunjuk dari Allah. Ketika kita membutuhkan petunjuk hidup dari Allah, ketika kita ragu dalam mengambil keputusan, salah satu jalan
    keluar terbaik adalah dengan doa puasa. (Ezra 8:21-23)
  9. Untuk Pemahaman dan penyataan kudus.
Tentukan kapan Anda akan melakukan doa puasa.