Pengkhotbah 3:22
=======================
"Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada
bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena
siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?"
Apa
yang membuat kita bisa bekerja dengan hasil maksimal, bisa memuliakan
Tuhan di dalamnya? Saya bertemu dengan begitu banyak orang yang
melakukan pekerjaan hanya karena mereka butuh mencukupi kebutuhan diri
dan keluarganya. Malah beberapa orang mengaku terpaksa demi menyambung
hidup. "Bagaimana lagi? Cari kerja itu susah.. kami sekeluarga perlu
makan, kebutuhan rumah tangga harus dipenuhi, anak-anak harus dibiayai
bersekolah. Suka atau tidak, saya terpaksa harus bekerja disana." kata
seorang teman suatu hari. Jika keterpaksaan yang menjadi landasan dalam
bekerja, tentu sulit bagi kita untuk mengharapkan top performance
didalamnya. Bagaimana mau berbuat yang terbaik jika terpaksa? Bergaul di
dunia art dan design, saya pun bisa melihat langsung bagaimana hasil
yang dilakukan ketika dikerjakan sepenuh hati dan dinikmati dengan yang
dipaksakan atau dikejar waktu akan sangat berbeda. Begitu juga dengan di
dunia musik yang tidak asing pula bagi saya. Para artis yang melakukan
dengan kecintaan penuh dan karena hanya ingin memperoleh uang semata
akan membawa hasil yang terasa sangat berbeda. Hari-hari ini saya bahkan
semakin sering menjumpai orang yang sulit mensyukuri pekerjaannya.
Lantas apa yang harus dilakukan agar bisa membawa hasil yang terbaik?
Alkitab mengingatkan kita untuk mencintai pekerjaan, yang artinya bergembira dalam pekerjaannya, melakukan bagian masing-masing dengan hati yang gembira.
Pengkotbah sudah menyatakan hal seperti ini yang berasal lewat perenungan, pengalaman dan kesaksiannya sendiri. "Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?"
(Pengkotbah 3:22). Mencintai profesi atau tidak, Pengkotbah
menyimpulkan bahwa tidak ada yang lebih baik daripada bergembira dalam
pekerjaannya. Mengapa? Karena itu adalah bagian atau panggilan kita
masing-masing. Jika kita tidak berbahagia dengan pekerjaan, jika
terpaksa atau melakukannya dengan hati yang berat, apa yang bisa kita
dapatkan? Berkeluh kesah sepanjang hari? Mengasihani diri berlebihan,
emosi, terus merasa tidak puas dan kehilangan damai sejahtera, adakah
itu membawa manfaat atau malah membuat etos kerja kita menurun,
mengganggu orang lain bahkan mendatangkan penyakit bagi diri kita
sendiri? Apakah baik apabila kita sulit bersyukur dan hanya
bersungut-sungut tidak pernah merasa puas? Akankah itu baik bagi diri
kita, keluarga kita, atau bahkan bagi Tuhan?
Satu hal yang perlu kita ingat, soal bahagia atau tidak bukanlah
tergantung dari kondisi atau situasi yang kita hadapi, melainkan
tergantung dari seberapa jauh kita mengijinkan Tuhan untuk ambil
bagian dalam hidup kita. Kebahagiaan atau kegembiraan berasal dari Tuhan
dan bukan dari keadaan. "Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya." (Mazmur 33:21). Selanjutnya Amsal mengatakan bahwa "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." (Amsal 15:13). Atau lihatlah ayat lain: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang."
(Amsal 17:22). Bekerja dengan hati yang lapang, hati yang gembira, itu
adalah obat yang manjur dan menjaga kita agar tetap memiliki semangat
untuk melakukan yang terbaik. Dan rasa syukur kita dalam menikmati
anugerah Tuhan akan membuat itu bisa terjadi. Apakah kita menikmati
pekerjaan dengan penuh rasa syukur sebagai sebuah berkat dari Tuhan atau
kita terus merasa kurang puas, itu tergantung kita. Tuhan sanggup
membuat pekerjaan sekecil apapun menjadi seindah atau seberharga emas.
Saya tidak berbicara mengenai kekayaan materi saja karena itu sangatlah
sempit, tetapi mengenai hasil atau pencapaian yang bisa kita peroleh
lewat hati yang gembira dalam bekerja. Itulah yang akan membuat kita
mampu menghasilkan karya-karya yang 'monumental'.
Mungkin ada saat ini di antara kita yang mulai merasa jenuh dengan
pekerjaan anda, mungkin ada yang merasa bahwa pekerjaan saat ini tidak
cukup baik, hanya terpaksa untuk mencari nafkah semata, namun saya ingin
mengingatkan bahwa Tuhan tidak akan pernah kekurangan cara untuk
memberkati kita. Yang dituntut dari kita adalah bekerja sungguh-sungguh
dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose
3:23). Itu akan sangat sulit untuk dilakukan apabila kita tidak memiliki
hati yang gembira dalam melakukannya. Tinggi rendah pendapatan bukanlah
alasan untuk bergembira atau tidak. Saya bertemu dengan orang-orang
yang dalam pandangan dunia dianggap melakukan pekerjaan kasar atau
bahkan rendah, tapi mereka tetap bisa bersukacita dalam melakukannya dan
itu mendatangkan hasil yang baik. Akibatnya merekapun terus meningkat
dalam pekerjannya. Sebaliknya, tidak jarang kita melihat keluarga yang
hancur, hidup orang yang jauh dari bahagia, padahal mereka memiliki
kekayaan yang besar. Jika demikian, mengapa kita tidak mencoba
memberikan setitik cinta pada pekerjaan kita, apapun itu, mengucap
syukur atas pekerjaan itu kepada Tuhan, memberikan yang terbaik dari
kita, dan melihat bagaimana luar biasanya Tuhan bisa memberkati kita
lewat apapun yang kita kerjakan? Mari belajar untuk bersyukur dan
menikmati pekerjaan kita bersama Tuhan dengan hati yang gembira. Be happy and thankful with everything you do today!
Syukuri pekerjaan yang diberikan Tuhan, muliakan Dia didalamnya
Jumat, 24 Mei 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar