Yoel 2:17
===================
"baiklah para imam, pelayan-pelayan TUHAN, menangis di antara balai
depan dan mezbah, dan berkata: "Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu, dan
janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa
menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa: Di mana
Allah mereka?"
Bisakah
anda mengendarai sepeda atau sepeda motor sebelum melatih keseimbangan?
Bisa dijamin anda akan terjatuh jika tidak tahu bagaimana agar bisa
berada seimbang diatasnya. Bagi pemain sirkus terutama para pemain
trapeze atau orang yang memegang galah panjang dalam meniti seutas tali
jelas keseimbangan merupakan hal yang mutlak pula untuk mereka miliki.
Dalam bingkai yang lebih besar, sebuah keseimbangan dalam banyak hal
sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam hidupnya. Itu tentu
termasuk keseimbangan antara bekerja dan berdoa. Dalam bahasa Latin ada
semboyan yang bunyinya Ora et Labora, yaitu "berdoa dan bekerja".
Bayangkan jika anda hanya berdoa saja tanpa melakukan apa-apa. Ada
banyak orang Kristen yang menerjemahkan berkat-berkat yang turun dari
Tuhan itu secara sepihak. Mereka kerap mengharapkan berkat turun
dicurahkan dari langit lewat serangkaian mukjizat spektakuler setiap
saat, dan tidak melakukan apapun untuk mendapatkan berkat itu, selain
berdoa siang dan malam. Atau sebaliknya hanya bekerja terus dari pagi
sampai larut malam tanpa memperhatikan keadaan rohani anda. Itu tentu
tidak baik. Hanya fokus dalam bekerja atau meniti karir tanpa menjaga
sisi rohani akan mengarahkan orang ke dalam keangkuhan, cinta harta,
popularitas dan berbagai hal buruk lainnya. Sebuah keseimbangan antara bekerja dan berdoa jelas merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Kita tidak bisa melakukan satu hal saja dan melupakan yang lain. Tuhan
memang bisa menurunkan berkatNya dalam keadaan apapun. Benar bahwa Yesus
berkata "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya."
(Matius 21:22). Kuasa doa memang besarnya bisa sangat luar biasa.
Tetapi ingat pula bahwa Tuhan tidak menginginkan anak-anakNya menjadi
orang-orang yang malas dan manja, hanya meminta dan terus meminta tanpa
mau melakukan apa-apa. Tuhan sudah berulang kali menyatakan
ketidaksukaanNya terhadap orang yang malas. Lihatlah bagaimana kerasnya
Tuhan menghadapi orang yang malas dalam "perumpamaan tentang talenta"
yang tertulis di Matius 25:14-30. Itu bahkan begitu keras, sehingga
Alkitab berkata "Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke
dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan
kertak gigi." (ay 30).
Lihat pula teguran-teguran yang datang kepada orang malas dalam Amsal 6. Salah satunya berkata: "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak."
(ay 6). Semut adalah serangga yang lemah dan berukuran jauh lebih kecil
dibanding manusia, tetapi baiklah jika orang malas belajar dari etos
kerja semut. Itu adalah teguran yang sebenarnya cukup keras. Orang malas
itu tidak bijak. Dan teguran dari Paulus juga menggambarkan hal yang
keras pula. "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan."
(2 Tesalonika 3:10). Rajin berdoa memang baik, dan itu sudah menjadi
kewajiban kita. Tetapi jangan lupa pula bahwa kita harus bekerja dengan
sungguh-sungguh, bahkan dikatakan seperti melakukannya untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3:23).
Sangatlah menarik jika kita melihat sebuah ayat dalam Yoel yang
menyiratkan mengenai keseimbangan ini ketika Yoel memberikan seruan
untuk bertobat. Mari kita lihat ayatnya. "Baiklah para imam,
pelayan-pelayan TUHAN, menangis di antara balai depan dan mezbah, dan
berkata: "Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu
sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka.
Mengapa orang berkata di antara bangsa: Di mana Allah mereka?" (Yoel
2:17). Perhatikan, mengapa para imam dan hamba Tuhan harus menangis di
antara balai depan dan mezbah? Tuhan secara spesifik mewahyukan hal ini.
Dari ayat tersebut kita bisa melihat perlunya keseimbangan antara
mezbah dan balai depan. Bukan hanya di mezbah, dan bukan hanya di balai
depan, tapi ditengah-tengah, yang artinya mencakup keduanya secara rata.
Bukan hanya berdoa, dan bukan juga hanya bekerja saja. Keduanya
haruslah dilakukan secara seimbang. Dari ayat ini kita bisa menangkap
sebuah pesan penting, bahwa apapun yang kita lakukan perlu disertai
dengan doa. Dan doa-doa juga harus disertai dengan perbuatan nyata.
Keduanya harus berjalan beriringan, bersama-sama. Benar bahwa Tuhan
mengharuskan kita bekerja, dan Tuhan memberkati pekerjaan kita. Tapi
bagaimana Tuhan mau memberkati pekerjaan kita jika kita tidak
melibatkanNya dalam pekerjaan kita? Atau lebih luas lagi, bagaimana
Tuhan mau memberkati hidup kita jika kita tidak melibatkanNya dalam
kehidupan kita? Oleh sebab itu seruan pertobatan yang disampaikan Yoel
menyiratkan bahwa antara berdoa dan bekerja, ora et labora, keduanya haruslah dilakukan secara seimbang, beriringan dan berkesinambungan.
Menyambung bahasan dalam beberapa renungan terdahulu, dalam
berkontribusi untuk kesejahteraan dan keselamatan bangsa, kita pun juga
harus melakukan hal yang seimbang. Dalam Yeremia itu sudah disebutkan
dengan jelas. "Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku
buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya
adalah kesejahteraanmu." (Yeremia 29:7). "Usahakanlah kesejahteraan kota", itu berbicara mengenai peran serta secara aktif dengan melakukan sesuatu yang nyata. Lalu selanjutnya: "dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan.."
itu menunjukkan bahwa peran para orang percaya lewat doa-doa pun
merupakan hal yang penting pula untuk dilakukan. Lihatlah bahwa keduanya
harus dilakukan serentak, bersamaan, dalam sebuah hubungan saling
mengisi dan seimbang.
Dalam Efesus 6:18 kita bisa melihat sebuah ayat yang mengingatkan kita
agar tidak melupakan atau meniadakan doa dalam langkah kita. Bukan hanya
sekedar berdoa sekali-kali, tetapi disana kita diingatkan untuk berdoa
setiap waktu. Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "Pray at all times
(on every occasion, in every season) in the Spirit, with all [manner of]
prayer and entreaty." Pray at all times, on every occasion, in every
season. Berdoalah dalam setiap waktu, dalam hal apapun, dalam
situasi apapun. Doakan apapun yang kita kerjakan agar Tuhan memberkati
usaha kita secara penuh, pada saat yang sama lakukanlah pekerjaan dengan
sebaik-baiknya. Keseimbangan seperti inilah yang akan mendatangkan
keberhasilan dalam segala sesuatu yang kita lakukan.
Perlu bagi kita untuk melatih dan mendisplinkan diri agar bisa
menyeimbangkan keduanya dan terbiasa untuk mengkombinasikan keduanya
dalam hubungan yang harmonis. Itu jelas perlu proses dan butuh waktu.
Bukan saja dalam pekerjaan atau profesi kita, tetapi pelayanan kita pun
butuh terus didukung doa agar bisa berhasil dengan maksimal. Disanalah
kita bisa melihat bagaimana luar biasanya hasil yang kita tuai lewat
usaha kita yang terus didukung dalam doa. Begitu pula kontribusi kita
dalam kesejahteraan, kemakmuran dan keselamatan kota dimana kita
ditempatkan saat ini, dan tentu saja dalam skala yang lebih besar itu
akan berdampak positif bagi bangsa kita. Jangan korbankan jam-jam doa
karena kesibukan pekerjaan, jangan pula memakai waktu doa sebagai alasan
untuk bermalas-malasan dan tidak bekerja. Keduanya harus dilakukan
secara seimbang dan saling terkait satu dengan lainnya. Sudahkah anda
melibatkan Tuhan dalam pekerjaan anda? Atau sudahkah anda berusaha
serius seperti apa yang anda minta dalam doa anda?
Jadilah pengikut Kristus yang rajin bekerja dan tekun dalam doa
Jumat, 24 Mei 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar