Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 September 2009 -
Lukas 22:39-46
"Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia." Lukas 22:39
Beberapa waktu yang lalu telah ditulis bagaimana Yesus telah memberikan
satu teladan kepada kita tentang kehidupan doaNya, di mana Dia
senantiasa menyediakan waktu untuk bercakap-cakap dengan Bapa saat pagi
masih gelap. BagiNya Bapa adalah segalanya. Keintiman dengan Bapa inilah
yang menjadi kekuatan dalam pelayanan Yesus. Alkitab tidak pernah
mencatat Yesus merasa bosan atau jemu berdoa. Justru Dia begitu teguh
menjalankan waktu-waktu tetapNya berdua dengan Bapa dalam doa.
Berbicara kepada Bapa melalui doa bukalah sekedar runinias atau
kebiasaan bagi Yesus, melainkan suatu kerinduan yang dalam untuk
bertemeu, memandang wajahNya dan memahami kehendakNya karena, "...Aku hidup oleh Bapa," kata Yesus (Yohanes 6:57). Saat berada di Yerusalem Tuhan Yesus biasa berdoa di taman Getsemani di bukit Zaitun. Kata biasa
menunjukkan keteraturan (rutininasNya) berdoa di situ. Di tempat itu
pula Dia sering berkumpul dengan murid-muridNya. Tuhan Yesus sangat
disiplin dalam hal waktu; Ia berdoa secara teratur di pagi hari guna
mempersiapkan hati dan mempertajam kepekaanNya terhadap kehendak Bapa.
Hal ini juga dilakukan Daud, seperti katanya, "Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar!"
(Mazmur 57:9). Daud mencari hadirat Tuhan terlebih dahulu sebelum
memulai segala sesuatu. Daniel pun memiliki tempat dan waktu khusus di
mana ia secara teratur berdoa. "Dalam kamar atasnya ada
tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia
berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa
dilakukannya." (Daniel 6:11b). Inilah kekuatan Daniel sehingga ia
tetap berkemenangan meski berada dalam situasi-situasi gawat, contohnya
di saat raja Darius melarang seluruh rakyatnya menyembah apa paun selain
kepadanya. Siapa pun yang melanggar titah raja akan menanggung
akibatnya! Namun Daniel memiliki keberanian berkata tidak! Kehidupan
Daniel menjadi kesaksian karena dia sangat dekat dengan Allah melalui
jam-jam doanya. Bagaimana dengan kita?
Berdoa teratur dan disiplin adalah kunci memiliki hidup berkemenangan!
Kamis, 23 Mei 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar