Matius 18:35
======================
"Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu,
apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap
hatimu."
Kekesalan
terhadap seseorang adalah hal yang biasa kita alami dalam kehidupan
sehari-hari. Seringkali kekesalan yang awalnya sedikit lama-lama bisa
menjadi semakin parah apabila terus dibiarkan berada dalam hidup kita.
Sadar atau tidak, kekesalan yang berlarut-larut terhadap seseorang
membuat bisa mengakibatkan kasih yang ada di dalam diri kita semakin
compang camping. Hampir setiap hari kita berhadapan dengan orang-orang
yang seakan sengaja ingin membuat kita marah. Jika itu terjadi, maka
reaksi mengumpat, memaki bahkan mengutuk pun keluar dari diri kita.
Bahkan dendam pun bisa timbul apabila kerugian yang kita alami terasa
besar sekali. Berhadapan dengan situasi sulit, dengan orang-orang sulit
akan membuat kita semakin sulit pula mengampuni. Ada yang dengan sadar
tidak kita maafkan, ada pula yang secara tidak sengaja. Kita lupa bahwa
mereka belum kita ampuni. Itu bisa saja terjadi. Jika kita tidak
mempertebal kasih dalam diri kita dan tidak menyadari betapa besarnya
kasih Tuhan kepada kita, maka akan semakin banyak orang-orang yang tidak
kita ampuni, dan akibatnya bisa fatal, karena hal itu akan menghambat
pengampunan Tuhan untuk turun atas diri kita.
Melanjutkan renungan kemarin mengenai pentingnya melepaskan pengampunan,
mari kita lihat sebuah perumpamaan tentang pengampunan pernah diberikan
Yesus dalam Matius 18:21-35 yang menjelaskan betapa pentingnya bagi
kita untuk membuka pintu pengampunan seluas-luasnya. Disini digambarkan
tentang seorang raja yang mau menyelesaikan hutang-hutang dari
hamba-hambanya. Ada seorang hamba yang berhutang sepuluh ribu talenta
memohon keringanan waktu untuk dapat membayar lunas hutangnya dengan
memohon sambil berlutut. Sang raja pun merasa iba. "Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya."
(ay 27). Bukan cuma diberi keringanan, tapi hutangnya dihapuskan.
Betapa beruntungnya si hamba tersebut. Tapi apa yang terjadi
selanjutnya? Ketika si hamba keluar, ia bertemu dengan orang lain yang
berhutang kepadanya, dengan jumlah yang jauh lebih kecil dari hutangnya
kepada raja. Ia langsung mencekik dan memaksa orang itu untuk segera
membayar hutangnya. Orang itu pun memohon dengan berlutut untuk meminta
keringanan, sama persis seperti apa yang baru saja si hamba lakukan di
hadapan raja. Tapi si hamba tidak mempedulikan hal itu. Ketika mendengar
perbuatannya itu raja pun menjadi marah. "Raja itu menyuruh
memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh
hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.
Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah
mengasihani engkau?" (ay 32-33). "Jika aku mengampuni engkau bahkan
menghapuskan hutangmu yang besar, masakan engkau tega melakukan itu
kepada temanmu yang hanya berhutang sedikit?" Begitu kira-kira kata sang
raja. "Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya." (ay 34). Dan Yesus pun menutup perumpamaan itu dengan sebuah peringatan penting:
"Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu,
apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap
hatimu." (ay 35).
Memang sulit bagi kita untuk mengampuni orang yang telah bersalah kepada
kita atau telah merugikan kita. Tapi pengampunan tanpa batas merupakan
hal yang wajib diberikan oleh anak-anak Tuhan kepada mereka yang telah
menyakiti kita. Bukankah Tuhan sendiri tidak pernah berpelit pengampunan
kepada kita? Coba pikir, ada berapa banyak kesalahan yang kita perbuat
dalam hidup kita? Seringkali kita melakukan pelanggaran-pelanggaran
berat yang seharusnya akan mendatangkan kebinasaan. Jika memakai
standar kepantasan, ada banyak kesalahan yang rasanya tidak pantas
dimaafkan. Tapi Tuhan begitu mengasihi kita dan selalu siap untuk
mengampuni kita begitu kita mengakui semua perbuatan kita lewat
pertobatan yang sungguh-sungguh. Itu bentuk kasih Tuhan yang luar biasa.
Sebesar apapun dosa kita, Tuhan mengatakan bahwa Dia siap memutihkan
bahkan berkata tidak akan mengingat-ingat dosa kita lagi. (Yesaya
43:25). Bayangkan apabila Tuhan sulit mengampuni kita, tidak
mendengarkan pertobatan kita dan terus memutuskan untuk mengganjar kita
dengan hukuman berat, apa jadinya dengan diri kita? Tapi Tuhan penuh
kasih, belas kasihan dan kemurahan. Pengampunan akan segera diberikan
kepada kita seketika begitu kita bertobat secara sungguh-sungguh. Kalau
kesalahan kita yang begitu banyak dan besar saja tidak henti-hentinya
diampuni Tuhan, bukankah sudah sepantasnya kita pun mengampuni orang
yang bersalah kepada kita, yang mungkin ukurannya lebih kecil dari
dosa-dosa kita kepada Tuhan, seperti apa yang diberikan Yesus dalam
perumpamaan di atas?
Ada korelasi yang sangat kuat antara diampuni dan mengampuni. Itu tepat seperti apa yang dikatakan Yesus: "Karena
jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan
mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu
juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:14-15). Untuk
mendapatkan pengampunan dari Tuhan, kita harus terlebih dahulu
menunjukkan kebesaran hati dan kerelaan untuk mengampuni orang yang
bersalah kepada kita. Jika dosa-dosa kita yang begitu banyak dan berat
saja Tuhan bersedia mengampuni, siapalah diri kita yang merasa lebih
pantas untuk mendendam dan menolak untuk mengampuni? Seringkali kita
berlaku seperti si hamba dalam perumpamaan Yesus di atas. Tuhan tidak
menuntut kita membayar hutang dosa yang begitu besar. Dia justru
membebaskan kita, bahkan rela menganugerahkan AnakNya yang tunggal untuk
menggantikan kita di atas kayu salib. Itu sebuah kasih yang besarnya
sungguh luar biasa. Tetapi kita tidak menyadari itu, bahkan terus saja
tidak mau mengampuni orang-orang yang bersalah, menyinggung, menyakiti
atau menipu kita. Apakah orang yang bersalah itu sudah minta maaf atau
tidak, itu seharusnya tidak menjadi soal. Ingatlah bagaimana Tuhan
menyatakan belas kasihanNya kepada kita. Ingatlah bagaimana Tuhan
membebaskan kita, mengampuni kita secara total dan bukan
setengah-setengah. Jika Tuhan saja mau berbuat itu mengapa kita tidak?
Jika anda masih sulit melakukannya, berdoalah dan minta Roh Kudus untuk
menguatkan anda dalam memberi pengampunan. Jika memakai perasaan sendiri
mungkin sulit, tapi kita punya Roh Kudus yang akan memampukan. Tuhan
sudah menyatakan belas kasihNya kepada kita, kini giliran kita untuk
menunjukkan belas kasih kepada orang lain.
Ketika Tuhan sudah menghapuskan dosa-dosa kita, mengapa kita harus sulit memberi pengampunan kepada orang lain?
Senin, 27 Mei 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar