Senin, 20 Mei 2013

TUHAN Mengangkat Kita Menjadi Kepala dan Bukan Ekor

Oleh: Jekson Pardomuan. “TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya.” (Ulangan 28 : 13-14).
Banjir melanda kota Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia. Apa yang terlintas di dalam pikiran Anda – Banjir yang melanda kota Jakarta telah menenggelamkan banyak harta benda dan beberapa nyawa melayang. Keadaan dunia belakangan ini sungguh makin mencemaskan dan membuat kita seperti ketakutan. Berbagai goncangan, krisis dan bencana alam terjadi di mana-mana tanpa dapat diduga oleh siapa pun. Setiap orang punya cukup alasan untuk takut dan kuatir akan masa depannya. Namun sebagai orang percaya mari kita perhatikan apa yang dikatakan oleh firman Tuhan, “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” (Ibrani 13:8).
Janji firman-Nya takkan tergoyahkan oleh keadaan apa pun yang ada di dunia ini, karena seperti kata firman bahwa “…firman Allah tidak mungkin gagal.” (Roma 9:6) dan “…tetap untuk selama-lamanya.” (1 Petrus 1:25). Jadi di segala situasi, segala kondisi dan segala keadaan, janji Tuhan tetap berlaku bagi orang percaya.
Kalau kita benar-benar berada dalam koridor yang disampaikan Tuhan, hidup kita akan terasa lebih nyaman. Tak perlu ketakutan berlebihan ketika sebuah persoalan datang menghadang kehidupan kita. Ada banyak janji Tuhan kepada setiap umat-Nya yang percaya. Salah satu janji Tuhan adalah Ia akan mengangkat anak-anak-Nya menjadi kepala dan bukan ekor, akan tetap naik dan bukan turun.
Kenapa harus kepala dan bukan ekor – Selama ini banyak orang Kristen yang salah mengerti dengan arti ayat ini. Menjadi KEPALA selalu kita identikkan dengan pangkat atau jabatan tinggi seseorang dalam sebuah pekerjaan atau instansi, sehingga ada yang berkata, “Katanya Tuhan akan mengangkat kita menjadi kepala dan terus naik, buktinya selama bertahun-tahun saya hanya menjadi karyawan biasa, tetap tidak mengalami peningkatan.” Apakah kita langsung putus asa ketika janji firman Tuhan masih belum mengangkat kita menjadi yang terbaik di dalam pekerjaan atau karier ?
Menjadi “kepala” seperti ditulis dalam Alkitab memiliki makna yang sangat luas, tidak hanya sebatas itu; menjadi “kepala” berarti kehidupan kita menjadi berkat, teladan dan membawa pengaruh yang luar biasa bagi banyak orang. Kita menjadi panutan bagi banyak orang; ke mana “kepala” pergi, ke situ “ekor” pasti akan mengikuti. Bukan berbicara soal pangkat atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang tapi menekankan pada “kualitas” hidupnya.
Menjadi teladan di tengah-tengah keluarga saja tidak semudah membalik tangan. Ada banyak hal yang harus kita benahi. Seperti kata firman Tuhan, “Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Timotius 4:12b).
Di luar sana, ada banyak anak Tuhan yang mengaku orang Kristen, akan tetapi dalam menjalani hidup kekristenannya tidak ada yang istimewa. Semuanya biasa-biasa saja, tidak jauh berbeda dengan orang-orang di luar Tuhan, tidak naik dan tidak turun. Seperti disampaikan dalam Alkitab, bangsa Israel adalah bangsa yang spesial. Mengapa demikian? Karena Tuhan sendiri yang memilih bangsa Israel menjadi bangsa kesayangan-Nya.
Seharusnya, karena bangsa Israel merupakan satu-satunya bangsa yang dipimpin oleh Tuhan sendiri secara langsung, maka mereka seharusnya tidak memiliki raja seperti bangsa-bangsa lainnya, karena Tuhan sendiri akan menjadi Raja bagi bangsa Israel. Tetapi mengingat bangsa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk, maka Tuhan pun sudah mengingatkan bangsa Israel saat mereka masih di padang gurun, bahwa ketika mereka nanti akan masuk ke tanah Kanaan dan mendudukinya, mereka boleh mengangkat raja yang sesuai dengan perintah Tuhan.
Kembali kepada pembahasan menjadi kepala dan bukan ekor, apabila dikaitkan dengan situasi dan kondisi kita saat ini ada banyak persepsi yang muncul tentang ungkapan ini. Ada yang mengaitkannya dengan permasalahan jabatan di kantor atau di pemerintahan. Menjadi kepala atau teladan berarti menjadi pemimpin yang dipilih oleh Tuhan. Menjadi pemimpin (raja) yang baik dan berkenan di hadapan Tuhan tidak mudah. Ada banyak hal yang perlu kita perhatikan.
Jadilah pemimpin yang dipilih oleh Tuhan, ini penting untuk kita sadari bahwa ketika kita menjadi pemimpin, dimanapun itu, semua adalah karena pilihan Tuhan. Kita menjadi pemimpin bukan hanya karena kemampuan kita, tetapi lebih karena Tuhan yang menempatkan kita di posisi tersebut. Dan ketika kita menyadari bahwa Tuhan yang menempatkan kita, maka kita akan mengerti bahwa pasti ada rencana dan tujuan Tuhan bagi kita.
Ketika kita menentukan pilihan untuk menjadi pemimpin, berarti kita harus menjadi pemimpin yang maju dan bukan mundur. Memang kita perlu belajar dari masa lalu, dari segala kegagalan dan juga keberhasilan kita. Tetapi waktu tidak pernah mundur, dan kita perlu tetap melangkah maju. Masa lalu bukan menjadi beban yang terus menghantui kita tetapi harus kita jadikan batu loncatan dan tonggak agar kita menjadi lebih baik lagi.
Seringkali dalam kenyataannya, menjadi pemimpin anak Tuhan lupa dengan janji-janjinya saat mau jadi pemimpin. Kehidupannya sangat bertolak belakang dengan jalan Tuhan. Menjadi pemimpin kita harus setia dan sederhana. Tak perlu heran kalau sudah menjadi pemimpin, akan muncul banyak godaan seperti mmiliki isteri muda atau selingkuh, serta godaan untuk mendapatkan harta lebih banyak lagi. Celakanya, godaan tersebut seringkali menjadi celah yang menjatuhkan seorang pemimpin. Untuk itu kita perlu menjadi seorang pemimpin yang tetap setia dan sederhana walau Tuhan sudah memberkati kita secara luar biasa.
Menjadi pemimpin harus hidup berdasarkan Firman Tuhan. Firman Tuhan adalah bekal bagi kita untuk menjalani hari-hari kehidupan kita. Dalam Firman Tuhan ada petunjuk-petunjuk dari Tuhan tentang bagaimana kita harus hidup, bagaimana kita harus bersikap dan mungkin saja Tuhan berbicara melalui beberapa ayat yang kita baca. Itulah mengapa ketika kita sudah menjadi pemimpin, kita tidak boleh melupakan dan meninggalkan Firman Tuhan tetapi justru harus lebih mengandalkan Firman Tuhan dalam kehidupan kita.
Menjadi pemimpin juga tidak tinggi hati. Karena, kelemahan manusia adalah ketika masih menjadi bawahan mereka biasanya bersikap biasa saja. Tetapi begitu menjadi pemimpin, mereka mulai menjadi sombong dan tinggi hati, dan melupakan orang-orang lain yang sebenanya telah berjasa kepadanya. Kita perlu hati-hati akan kesombongan, karena hal tersebut dapat menjatuhkan seorang pemimpin jauh lebih cepat daripada yang dibayangkan.
Sanggupkah kita menjadi pemimpin yang lurus, alias tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan. Hal ini juga menjadi penting karena sebagai seorang pemimpin, jika kita menyimpang ke kiri atau ke kanan, maka bukan hanya kita yang menyimpang tetapi juga orang-orang di belakang kita akan ikut menyimpang. Bayangkan jika seorang gembala sidang menyimpang dari Firman Tuhan, bukan hanya gembala tersebut yang berdosa tetapi juga akan ada jemaat yang menyimpang dan ikut berdosa juga.
Harapan kita, menjadi pemimpin yang takut akan Tuhan adalah yang terpenting. Sepanjang perjalanan hidup kita mengikuti perintah Tuhan akan ada orang-orang yang mencoba menjatuhkan kita, tetapi ketika kita benar-benar menjadi pemimpin yang benar di hadapan Tuhan, maka Tuhan pasti akan membela kita dan akan membuat kita menjadi pemenang, bahkan lebih dari seorang pemenang. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar