Matius 5:23-24
=====================
"Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah
dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap
engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah
berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan
persembahanmu itu."
Dalam
banyak hal bukan saja memaafkan yang sulit, tapi mengakui kesalahan dan
meminta maaf ketika kita bersalah pun seringkali sama sulitnya. Apakah
itu dalam hubungan antara orang tua dengan anak, sesama saudara, atasan
dan bawahan, antar pasangan suami istri, antar teman dan lain-lain, ada
banyak orang yang sulit untuk tetap dengan kerendahan hati meminta maaf
jika melakukan kesalahan karena takut wibawanya hilang, malu, gengsi
atau alasan-alasan lainnya. Padahal seringkali rasa bersalah itu terasa
begitu menyiksa. Kita terus tertuduh, hidup tidak nyaman, tapi demi
alasan-alasan tadi kita ternyata lebih suka hidup dengan berbagai
perasaan yang tidak nyaman itu ketimbang segera minta maaf dan
memperbaiki hubungan dengan orang yang telah kita sakiti.
Sehebat-hebatnya kita melawan perasaan bersalah itu, hati kecil kita
akan selalu menegur kita yang jika kita abaikan akan membuat kita
menjadi gelisah. Belum lagi iblis akan dengan senang hati memanfaatkan
itu sebagai celah untuk menyiksa kita. Jika dengan membereskan masalah
dan berdamai dengan orang akan membuat hidup kembali damai, jika
mengakui kesalahan dengan jujur bisa membuat hubungan yang terluka
kembali pulih, mengapa kita harus malu dan gengsi untuk mengambil
langkah itu? Bahkan Tuhan pun tidak pernah menganjurkan kita menjadi
pribadi-pribadi yang tinggi hati, angkuh dan keras hati. Justru kita
diminta untuk menjadi orang-orang yang penuh kasih, memiliki hati yang
lembut, jujur dan berani mengakui kesalahan secara jantan.
Sulit mengakui kesalahan dan berat untuk meminta maaf bukan saja membuat
hubungan kita dengan orang lain terluka dan membuat hidup kita tidak
nyaman, tapi itu juga bisa menjadi penghalang bagi kita untuk dapat
berhubungan dengan Tuhan. Lihatlah apa kata Yesus berikut ini. "Sebab
itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan
engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap
engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah
berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan
persembahanmu itu." (Matius 5:23-24). Lihatlah betapa pentingnya
untuk berdamai di mata Tuhan, sehingga kita diminta untuk membereskan
terlebih dahulu masalah yang mengganjal dan belum selesai itu sebelum
kita datang membawa persembahan di hadapan Tuhan. Siapa yang bersalah
terlebih dahulu ternyata bukanlah hal yang penting. Apa yang penting
adalah kita membereskan dulu masalah dengan siapapun yang masih
mengganjal dalam hati kita sebelum kita datang membawa persembahan dan
ucapan syukur kita ke hadapan Tuhan. Dalam ayat berikutnya pun kita
dianjurkan untuk langsung menemui mereka yang punya masalah dengan kita
dan dengan segera menyelesaikannya. God actually wants it to be done eagerly, quickly and personally.
Keinginan dan kerelaan atau kerendahan hati untuk berdamai sesungguhnya
merupakan hikmat yang langsung berasal dari atas. Yakobus mengingatkan
itu: "Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni,
selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan
buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik." (Yakobus 3:17). Oleh sebab itulah dikatakan bahwa bagi orang yang cinta damai akan selalu berbuah kebenaran. "Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai."
(ay 18). Jika di mata Tuhan saja hal itu sungguh penting, mengapa kita
harus menomorduakan hal itu dan lebih memilih untuk mementingkan ego
atau harga diri pribadi kita? Jika ada di antara teman-teman tengah
mengalami sebuah hubungan yang rusak karena suatu kesalahan yang pernah
anda buat atau katakan, ini saatnya untuk mengambil inisiatif. Datangi
mereka dan mintalah maaf. Perbaiki segera hubungan itu, berdamailah saat
ini juga.
Jagalah perdamaian dengan orang lain sesuai hikmat yang berasal dari atas
Senin, 27 Mei 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar